Ingat Umur Pengkhotbah 5:19
Sepertinya,
makin tua bumi, manusia makin pelupa. Lebih tepatnya, makin banyak ditemui dan
didengar manusia menjadi pelupa. Lupa utang, lupa istri, lupa suami, lupa anak,
lupa teman, lupa diri, lupa Tuhan, lupa ini, lupa itu, termasuk lupa umur.
Kata firman Tuhan, salah satu hal yang membuat manusia lupa umur adalah “kesenangan”. Kesenangan membuat manusia ingin hidup lama, tetapi kesusahan terkadang membuat orang ingin mati saja, bahkan lebih cepat lebih baik, karena menderita. Kitab Wahyu menyebutkan hal ini, bahwa penderitaan bisa membuat orang ingin mati. >>> “Dan pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari dari mereka.” (Why 9:6)
Memang kita, manusia, terkadang baru “ingat” ketika kita tidak dalam kondis yang baik lagi. Baru “ingat” ketika sesuatu terjadi. Sesuatu yang tidak menyenangkan. Kondisi yang tidak baik lagi. Situasi yang tidak nyaman lagi. Setelah kehilangan uang, harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, pekerjaan, barulah “ingat”. Setelah jatuh sakit, baru “ingat”. Setelah mengalami celaka atau terkena musibah, baru “ingat”. Rupanya, kita ini, manusia, lebih suka menunggu “setelah”, baru “ingat”.
Kita kerap “kepala batu”. Sudah disentil pun tetap tidak tersentil atau kalau belum pecah, kalau belum hancur, belum berhenti. Akhirnya kita sendiri mengundang “sesuatu” yang kita sendiri tidak inginkan terjadi di hidup kita. Bukan Allah, tetapi kita sendiri. >>> “Bukankah engkau sendiri yang menimpakan ini ke atas dirimu, oleh karena engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu, ketika Ia menuntun engkau di jalan?” (Yer 2:17)
Apakah Allah menginginkan “sesuatu” terjadi terlebih dahulu untuk kita sadar? Tidak. Allah pasti telah menyampaikan banyak peringatan dalam berbagi cara untuk “mengingatkan” kita. >>> “(14) Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya…. maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan mereka dengan teguran-teguran (17) untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang, (18) untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh lembing.” (Ayb 33)
Ada saja hal dipakai Allah untuk menyentil hati kita sehingga tiba-tiba hati kita merasa terpukul jika kita sesungguhnya sadar bahwa kita sudah salah, bahwa kita memang salah, bahwa ini memang tidak benar.
Sesungguhnya, tanpa harus menunggu “sesuatu yang buruk terjadi”, jika nafas hidup masih di kandung badan, setiap tahun Tuhan Allah mengingatkan kita untuk “ingat”, yakni di setiap kali kita merayakan Hari Ulang Tahun kita (HUT).
HUT menjadi pengingat umur bagi kita. HUT yang kerap dirayakan dengan penuh sukacita juga harus artikan sebagai “alarm waktu” bagi kita. Bahwa, kita bukan saja masih diberi waktu untuk melakukan segala yang baik tetapi juga kita masih diberi waktu untuk berhenti dari segala yang jahat.
HUT dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita akan UMUR. HUT yang dirayakan sebagai pertambahan usia sesungguhnya adalah pengingat waktu, bahwa masa hidup kita di dunia makin berkurang. Usia bertambah, masa hidup berkurang.
Misalnya, saya ditetapkan Tuhan memiliki masa hidup 80 tahun. Kini, saya 50 tahun. Itu berarti, masa hidup saya tinggal 30 tahun lagi. Tidak lagi sebanyak tahun hidup yang sudah saya lalui. Artinya,
HUT membawa kita setahap demi setahap mendekati waktu akhir hidup kita.
Oleh sebab itu, perayaan HUT seyogianya juga menjadi Hari Introspeksi Diri (HID) khususnya bagi kita yang berusia bukan lagi kanak-kanak, apalagi bagi kita yang telah berusia relatif banyak. HUT seyogianya menyadarkan kita bahwa ini bukan lagi waktu yang akan kita habiskan dengan kesenangan duniawi, melainkan ini adalah waktu untuk berbenah diri. Waktu untuk memperbaiki banyak hal. Waktu untuk berhenti dari segala yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Demikianlah, perayaan HUT menjadi berarti ketika perayaan HUT itu menjadi hari di mana hati kita ditemukan Tuhan memiliki komitmen untuk menjadi pribadi yang baru di dalam Tuhan. Maka, HUT bukan saja menjadi sukacita manusia, tetapi juga sukacita sorgawi karena ada jiwa yang rindu menjadi pribadi yang menyenangkan hati Tuhan. Ada jiwa yang siap untuk melangkah di hari-hari baru hidupnya menjadi manusia baru di dalam Tuhan.
HUT menjadi waktu bagi kita untuk mengingat umur kita. AMIN.
Tuhan Yesus memberkati.
Posting Komentar untuk "Ingat Umur Pengkhotbah 5:19"