Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Roh Orang Mati Tidak Gentayangan Ayub 7:9-10

HEP
Hikmat Dalam Dukacita | 3

AYUB 7:9-10
9Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. 10Ia tidak lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya.”

Pada topik sebelumnya (Ayub 14:10-12 -- Lihat artikel: Kondisi Manusia Saat Mati.) kita sudah membicarakan hal keadaan roh manusia setelah kematiannya dan selama berada di dunia orang mati, yakni berbaring, tidak terjaga, tidak bangun dari tidurnya sampai langit hilang lenyap. 

Selaras dengan itu ditambahkan lagi di sini bahwa bukan hanya tidak bangun dari tidurnya sampai berakhirnya kehidupan dunia ini, tetapi juga tidak muncul kembali di dunia orang hidup. Tidak muncul di manapun itu termasuk di rumahnya sendiri.

Harus ditegaskan bahwa tidak ada satu pun kesaksian Alkitab tentang munculnya roh orang yang sudah mati di antara orang-orang hidup. Roh-roh orang yang sudah mati tidak dapat begitu saja dengan sendirinya ada di dunia orang hidup.

Yang ada ialah arwah orang mati dipanggil dengan sengaja atau dengan maksud tertentu seperti yang dilakukan oleh Saul yang menggunakan jasa pemanggil arwah untuk memanggil roh Samuel yang sudah mati (1 Sam 28:1-25).

Hal pemanggilan arwah memang ada kita temukan di masa penulisan kitab Musa, khususnya Kitab Imamat dan Ulangan, hingga pada masa penulisan kitab Yesaya (Im 19:31; 20:6, 27; Ul 18:11; 1 Sam 28:1-25; 2 Raj 21:6; 23:24; 2 Taw 33:6; Ams 9:18; Yes 8:19; 19:3).

Tidak semua orang dapat memanggil arwah orang mati. Butuh kesanggupan untuk melakukannya (1 Sam 28:7). Arwah-arwah dipanggil untuk dimintai petunjuk atau ramalan (Ul 18:11; 1 Sam 28:7, 8; Yes 8:19; 19:3). Tubuh si pemanggil arwah menjadi media kehadiran arwah yang dipanggil, yakni arwah yang dipanggil merasuki tubuh si pemanggil arwah dan berbicara (Im 20:27).

Ritual pemanggilan arwah ini tidak berasal dari kehidupan orang Israel sendiri melainkan dari bangsa-bangsa di tanah Kanaan  yang diikuti oleh umat-Nya (Ul 18:14), sehingga ini menimbulkan sakit hati Allah (2 Taw 33:6). Pemanggilan arwah disebutkan sebagai tindakan perzinahan umat Allah dengan allah lain (Im 20:6).

Dengan tegas hal ini dilarang untuk dilakukan oleh umat-Nya (Im 19:31; 20:6; 27; Ul 18:10-14). Saul sempat menegaskan larangan akan hal ini tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pemanggilan arwah Samuel dan hal ini disebutkan sebagai salah satu sebab kematiannya dan penyerahan jabatan raja Israel kepada Daud (1 Taw 10:13-14).

Jadi, sekalipun bisa dipanggil, roh orang mati itu membutuhkan media tubuh manusia untuk bisa ada di dunia orang hidup dan berbicara. Tidak bisa begitu saja muncul terlihat mata jasmani orang yang hidup.

Lalu, siapa gerangan yang muncul di dalam kamar, di ruang keluarga, di lorong, di jalan, di sana dan di sini, padahal orang itu sudah mati? Wajahnya, rambutnya, postur tubuhnya persis sama seperti dia. Kalau roh orang mati sedang tidur menanti kedatangan Tuhan Yesus dan penghakiman-Nya, mengapa ia bisa terlihat ada di antara manusia di dunia orang hidup?

“Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.” (2 Kor 11:14). Iblis dapat menyamar sebagai apa pun. Menyamar sebagai malaikat Terang saja Iblis bisa, apalagi menyamar sebagai ayah, ibu, anak, istri, suami, oma, opa, kekasih, sahabat, teman, dll, yang sudah mati.

Tidak sekadar mengambil rupa persis sama secara fisik, tetapi lebih dari itu Iblis menghadirkan seluruh pengetahuan akan diri orang itu untuk lebih meyakinkan manusia bahwa sosok yang dilihatnya benar-benar adalah dia yang sudah mati.

Demikianlah Iblis disebutkan penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat (Kis 13:10; Ef 6:11). Terbilang sukses, Iblis berhasil menipu banyak manusia di segala abad dan zaman, yang sudah dimulainya sejak dari manusia pertama, “Ular itu yang memperdayakan aku” (Kej 3:13).

Keyakinan akan kemunculan sosok-sosok orang yang sudah mati cenderung telah dianggap sebagai kebenaran. Padahal roh orang yang bersangkutan sedang tidur tenang dalam kesunyian alam maut di fase kematian pertama. Tidak berkeliaran, tidak gentayangan.

Akan tetapi, penyamaran Iblis membuat roh manusia ciptaan Allah seolah adalah setan. Padahal setan atau “Satan” itu adalah Iblis itu sendiri (Why 12:9; 20:2). Ia membuat orang-orang yang sudah mati seolah sama dengan dirinya menjadi setan yang gentayangan di sana sini. Dan, anehnya, manusia yang hidup malah meyakini keluarga atau orang yang dikasihinya yang telah meninggal itu adalah setan.

Ayah Anda yang sudah meninggal bukan setan. Ibu Anda yang sudah meninggal bukan setan. Anak Anda yang sudah meninggal bukan setan. Opa Anda yang sudah meninggal bukan setan. Oma Anda yang sudah meninggal bukan setan, dll. Mereka dan kita adalah ciptaan Allah yang diciptakan segambar dengan Dia (Kej 1:26, 27; 9:6) bukan segambar dengan Iblis! Mereka sudah tenang dalam tidurnya menanti kedatangan Tuhan Yesus dan penghakiman-Nya. Mereka ada dalam naungan kuasa dan kasih Tuhan. 

Akan tetapi, orang ada yang berkata bahwa sosok-sosok orang yang sudah mati itu tidak mengganggu mereka melainkan menjaga dan melindungi mereka. Lihatlah! Betapa Iblis mengecoh manusia untuk membuat hati manusia berpaling dari Allah. Bukannya mencari perlindungan dari Allah malah merasa aman dengan perlindungan Iblis.

Cerdiklah! Karena Iblis itu cerdik. Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita akan hal ini: "Hendaklah kamu cerdik seperti ular" (Mat 10:16b). Karena ular cerdik, kita pula harus cerdik. Kalau tidak, kecerdikan ular bisa membodohi kita.--

God is Love
©HEP

4 komentar untuk "Roh Orang Mati Tidak Gentayangan Ayub 7:9-10"

  1. Terimakasih atas semua infonya, dulu aku pernah berfikir bahwa setelah manusia mati mereka akan gentayangan, ternyata semua itu tidak ada.

    BalasHapus
  2. Kalaw saya memang memahami seperti itu walaupun saya terbatas menjelaskan pd orang lain yg terkadang tdk sepemahaman dg saya..Tapi sekarang saya mendapat penjelasan secara Alkitabiah untuk semua itu..
    Terimakasih untuk penjelasan yg sangat mencerahkan bahkan buat banyak orang yg tidak punya pemahaman yg tepat tentang hal ini🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puji Tuhan. Terima kasih, ya. Tuhan memberkati 🙏😇

      Hapus