Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Maut dan Hukum Dosa

HEP
Hikmat Dalam Dukacita | 1

MENGALAMI MAUT

Yohanes 8:51
Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku,
ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.

Hukum Maut

Siapa yang mau mati? Kita semua mau hidup. Akan tetapi, kita tidak mau mati pun, kita tetap akan mengalami “putus nyawa” atau mati (Kis 5:10). >>> Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati? (Mzm 89:48). Pertanyaannya, mengapa harus ada kematian?

Dari awal TUHAN Allah sudah berfirman kepada manusia: “2:16 Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej). Itu perintah TUHAN Allah. Itu ketetapan Allah yang harus ditaati oleh manusia. Bila melanggar, hukumannya adalah “pastilah engkau mati”.

Selanjutnya apa yang terjadi? Iblis mulai menggoda manusia. Iblis menawarkan keindahan dari apa yang tidak boleh dilakukan. Sebab, jika manusia taat akan perintah Allah, maka tidak ada tempat bagi Iblis di alam karya ciptaan Allah yang dijadikan Allah dengan “sungguh amat baik” (Kej 1:31). Dan, berhasil. Perkataan Iblis didengar dan dituruti oleh manusia. Adam dan Hawa pun melanggar perintah TUHAN Allah (Kej 3:1-13).

Tak ayal, konsekuensi hukum dari pelanggaran perintah Allah menjadi berlaku bagi manusia. Yang tadinya tidak ada derita menjadi ada penderitaan (Kej 3:14-19a). Yang tadinya hanyalah kehidupan menjadi ada pula kematian (Kej 3:19b). “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (1 Yoh 3:4b) dan akibat pelanggaran hukum Allah ialah hukuman. Itulah jawaban mengapa manusia pasti mengalami mati. Dengan satu kalimat pendek, Rasul Paulus menulis: “Upah dosa ialah maut” (Rm 6:23a). Hukum kematian ini disebut “hukum maut” (Rm 8:2).

Hukuman maut bukan sekadar bahwa manusia pasti mati lalu selesai. Tidak sesederhana itu. Hukuman maut menjadi sangat mengerikan karena kematian menghantar manusia masuk ke dunia orang mati atau alam maut, yakni alam kekuasaan si raja kejahatan, yakni Iblis (Ibr 2:14). Itulah akibat melawan kehendak Allah dan mengikuti  kehendak Iblis. Itulah konsekuensi dari pelanggaran Hukum Allah. Kematian membuat manusia berpindah dari alam ciptaan Allah ke alam kekuasaan Iblis.

Kelak setelah Yesus datang kembali untuk mengakhiri kehidupan di alam semesta ini dan melaksanakan pengadilan Allah dengan menjadi Hakim yang adil untuk semua umat manusia, yang hidup dan yang mati, maka  maut dan kerajaan maut itu akan dilemparkan ke dalam lautan api (Why 20:14). Itulah tempat kegelapan yang paling gelap yang terangnya berasal dari nyala api yang kekal (Mat 25:41) yang tidak terpadamkan (Mat 3:12); itulah dapur api (Mat 13:42, 50), perapian yang abadi (Yes 33:14); di situlah terdapat ratapan dan kertakan gigi (Mat 8:12; 13:42; 50; 22:13; 24:51; 25:30; Luk 13:28). Itulah neraka (Mat 5:22; 29; 30; 10:28; 18:9; 23:15; 33; Mrk 9:45; 47; Luk 12:5; Yak 3:6; 2 Ptr 2:4).

Pertanyaan lain pun timbul. Mengapa Hukum Maut berlaku pada semua manusia sedangkan itu adalah perbuatan Adam dan Hawa?

Perhatikanlah bahwa perintah Allah itu ditujukan bukan kepada pribadi Adam dan Hawa, tetapi kepada manusia: “TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia.(Kej 2:16). Oleh sebab itu akibat dari pelanggaran perintah Allah itu berlaku bagi semua manusia, “Karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut” (Rm 5:15b, selengkapnya Rm 5:12-21). Kutukan akibat dosa mengalir bagi semua yang namanya manusia dari darah dan daging Adam dan Hawa, karena semua manusia berasal dari mereka. Lihat penjelasan hal ini dalam artikel: Darah Yesus dan Pengampunan Allah | Mengapa Harus Darah. Oleh sebab itu, semua manusia mengalami Hukum Maut, yakni kematian.

Hanya ada dua manusia yang tidak mengalami proses kematian melainkan langsung diangkat Allah ke sorga, yakni Henokh (Kej 5:21-24; Ibr 11:5) dan Elia (2 Raj 2:1-18). Alkitab mencatat bahwa kedua manusia ini tidak mengalami mati melainkan secara hidup-hidup terangkat ke sorga. Itu keputusan Allah atas mereka. Selain mereka berdua, semua manusia mengalami maut, termasuk manusia Yesus.

Hukum Dosa

Selain Hukum Maut, kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia terjerat dengan apa yang namanya Hukum Dosa (Rm 7:26; 8:2). Apakah lagi Hukum Dosa itu? Dari pertanyaan ini, saya bertanya terlebih dahulu, tidakkah Anda ingin tahu atau tidakkah Anda perhatikan, mengapa di dalam diri kita ada keinginan yang baik tetapi ada pula keinginan yang jahat? Dari manakah datangnya itu? Bagaimana dua kehendak itu bisa ada di dalam diri manusia?

Mari kita perhatikan lagi perintah Allah kepada manusia di taman Eden: “2:16 Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej). Sebelum manusia memakan buah terlarang itu, manusia tidak tahu apa yang jahat. Manusia diciptakan Allah dengan satu kehendak saja, yakni kehendak Allah. Yang manusia tahu hanyalah apa yang baik saja. Itulah tujuan “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya“ (Kej1:26-27), yakni bahwa manusia akan memuliakan Dia di dalam keberadaan diri dan hidupnya di alam ciptaan-Nya. Gambaran kepribadian Allah hendak ditampilkan Allah di diri manusia.

Namun, lihatlah diri manusia; lihatlah diri kita, apakah kepribadian kita segambar dengan Dia? Tidak lagi. Lebih tepatnya tidak lagi segambar dengan Allah sejak Adam dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu. Gambaran Allah pada diri manusia menjadi rusak oleh hal-hal yang buruk atau jahat yang tidak berasal dari Allah.

Lalu, dari siapakah hal-hal yang jahat itu? Dari Iblis. Bagaimana hal itu bisa terjadi atau bagaimana Iblis bisa mendapat tempat dalam diri manusia ciptaan Allah? Ketika manusia mengikuti apa kata Iblis, maka pada saat itu juga ruang kehendak di dalam diri manusia yang sedianya hanya untuk kehendak Allah tercemar dengan kehendak Iblis. Kedua-duanya menjadi ada di dalam diri manusia. Iblis mendapat tempat dalam ruang diri manusia, yakni pada kedagingan manusia (Rm 8:6) sehingga manusia tidak hanya memiliki kehendak yang baik yang berasal dari Allah tetapi juga kehendak yang jahat yang berasal dari Iblis.

Pergumulan tentang Hukum Dosa ini ditulis Rasul Paulus dalam Roma 7:14-26:

14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. 18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 26 Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.

Betapa nyatanya Hukum Dosa di diri manusia. Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah membuat manusia tidak lagi memilki kebenaran yang hakiki pada dirinya, maka “Tidak ada manusia yang tidak berdosa” (2 Taw 6:36), “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm 3:23). Sebenar-benarnya manusia benar tetap saja ada dosa yang dibuatnya sendiri, entah pada hati, pikiran, ucapan, perbuatan, sifat, tingkah laku, tabiat, karakter, dsb. Hukum Dosa dan Hukum Maut mengalir dalam darah dan daging manusia-manusia keturunan Adam dan Hawa (Roma 5:12-21; Ibrani 2:14).

Lalu, bagaimana dengan Yesus?

Yesus lahir dari Roh Allah tetapi juga memiliki kemanusiaan-Nya dari kedagingan Maria, ibu-Nya (Luk 1:26-38; 1 Tim 2:5). Sebagai  manusia dengan darah dan daging yang diterima-Nya dari kemanusiaan Maria, ibu-Nya, Yesus juga mengalami kematian dan masuk ke alam maut. “Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” (Ibr 2:9). Namun, pada hari yang ketiga dari kematian-Nya di kayu salib, Yesus bangkit! (Mat 28; Mrk 16; Luk 24; Yoh 20-21; Kis 2:32; dll). Ia bangkit dari antara orang mati (Kis 17:3; Rm 1:4; 4:24; 8:11; Gal 1:1; 1 Tes 1:10; 1 Ptr 1:3; Why 1:5).

Pernyataan “bangkit dari antara orang mati” menunjukkan bahwa dalam kematian-Nya Yesus berada bersama dengan semua orang yang sudah mati, bahkan Petrus mencatat bahwa di alam kematian-Nya, Yesus mengabarkan Injil Keselamatan dari Allah kepada roh-roh manusia yang tidak taat (1 Ptr 3:19-20; 4:6). Demikianlah, sebagai manusia Yesus mengalami mati dan seketika berada di alam maut.

Di dunia ini banyak kisah tentang orang mati dan hidup kembali tetapi mereka kembali mati di kemudian hari. Tidaklah demikian dengan Yesus. “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.” (Rm 6:9). Yesus mati satu kali saja dan untuk selamanya karena Ia bangkit dan tidak mati lagi melainkan terangkat naik ke sorga (Rm 6:10; Kis 1:6-11; 1 Ptr 3:18, 22).

Hukum Maut seketika dialami Yesus menggenapi perkataan Bapa-Nya bahwa manusia pasti akan mati (Kej 3:19). Akan tetapi, Hukum Maut tidak dapat menjerat Yesus selama-lamanya karena kebenaran Yesus. Sebagai manusia Yesus memiliki keinginan daging sebagaimana semua manusia memiliki keinginan daging, tetapi kebangkitan Yesus dari kematian-Nya membuktikan bahwa kedagingan itu kalah oleh ketaatan Yesus kepada kehendak Allah saja, Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh 8:29).

Jadi, bukan karena semata-mata Yesus adalah Anak Allah atau dari Roh Allah, tetapi dalam kemanusiaan-Nya pun Yesus menaklukan keinginan manusia-Nya di bawah kehendak Bapa-Nya. 8Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 9dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” (Ibr 5). Kegagalan ketaatan Adam dan Hawa dimenangkan oleh ketaatan Yesus. “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” (Rm 5:19). Kuasa Roh Allah di dalam diri Yesus Kristus bekerja sama dengan ketaatan manusia Yesus menghasilkan hancurnya kuasa dosa dan maut atas diri Yesus.

Kebangkitan Yesus dari kematian-Nya adalah bukti kemenangan Yesus atas jerat Hukum Dosa dan Hukum Maut pada kedagingan manusia. Kebangkitan Yesus dari kematian-Nya adalah bukti “Ia tidak berbuat dosa” (1 Ptr 2:22). Oleh sebab itu Allah membangkitan Dia dan menyatakan bahwa rancangan keselamatan Allah bagi manusia telah dikerjakan dengan sungguh amat baik oleh Yesus. Dengan membangkitkan Yesus dari kematian-Nya dan mengangkat Ia naik ke sorga, dengan itu Allah menyatakan kepada dunia bahwa Yesus ialah Tuhan dan Kristus atau Mesias, Juruselamat dunia (Kis 2:23-36).

Hanya orang yang mengalahkan maut yang berkuasa atas maut dan hanya orang yang berkuasa atas maut yang bisa melepaskan orang lain dari maut. Kita tidak menaruh harapan kepada Yesus yang mati, melainkan Yesus yang hidup! “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia juga kepercayaan kamu.” (1 Kor 15:14).

Tanpa kebangkitan, Yesus tidaklah beda dengan Abraham dan para nabi atau siapa pun yang memiliki kebenaran tetapi tetap saja kisah hidupnya selesai pada kematian. Dan, bagaimana Ia menjanjikan kebangkitan orang mati jika Ia sendiri tidak bangkit dari mati? Bagaimana Ia dapat membebaskan orang dari maut jika Ia sendiri terjerat maut? Oleh sebab itu bila Yesus berkata: “Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” (Yoh 8:51), itu bukanlah perkataan kosong!

Di kalangan manusia saja, kalau kita hendak berharap pertolongan seseorang, kita tentu akan menaruh harap kepada orang yang mempunyai kemampuan untuk menolong kita. Apalagi ini menyangkut keselamatan hidup kita yang sesungguhnya. Dengan keyakinan yang teguh, Rasul Paulus berkata: “Aku tahu kepada siapa aku percaya” (1 Tim 1:12).

Kematian Yesus membuktikan akan kemanusiaan-Nya yang diperoleh-Nya dari Maria, ibu-Nya, dan kebangkitan-Nya membuktikan bahwa benar Ia dari Roh Allah dan benar bahwa Ia adalah Mesias yakni yang diurapi Allah untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan maut. Siapa Yesus sudah terlihat dari hidup dan pelayanan-Nya. Kuasa Allah sudah jelas-jelas nyata di dalam diri Yesus. Namun, kebangkitan-Nya menjadi penting karena kebangkitan-Nya bukan saja membuktikan dan sekaligus menjadi dasar percaya kita bahwa Yesuslah Tuhan, tetapi juga membuktikan "Ia tidak berbuat dosa." (1 Petrus 2:22a). Sebagai manusia, Yesus berhasil mengalahkan kedagingan-Nya dengan ketaatan-Nya kepada Allah.

Lalu, bagaimana dengan kita, orang-orang yang percaya kepada-Nya?

Semua manusia akan mengalami maut bukan saja akibat pelanggaran atau dosa Adam dan Hawa tetapi juga oleh pelanggaran atau dosa buatan sendiri di sepanjang masa hidup manusia. Hukum Dosa menjerat manusia terus berbuat dosa dan Hukum Maut menjerat manusia ke dalam hukuman kekal akibat dosa.

Orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengikuti firman-Nya juga akan mati (= mengalami maut) tetapi tidak akan mengalami maut selama-lamanya melainkan dibangkitkan dari kematian untuk menerima hidup yang kekal bersama Tuhan Yesus dalam Kerajaan Sorga. 25Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Yoh 11:25-26).

Hukum Maut (= maut selama-lamanya) tidak berlaku bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengikuti firman-Nya. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” (Rm 6:5).

Seperti Yesus “sesaat” berada di alam maut, kita pun akan hanya “sesaat” di alam maut. Tidak akan selama-lamanya berada di situ. Orang-orang yang menuruti firman Kristus akan melanjutkan hidupnya di tempat di mana Yesus Kristus berada, “Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:3)Demikianlah kita tidak akan mengalami maut selamanya karena Salib Kristus mengampuni dosa kita dan Kebangkitan Yesus menyelamatkan kita. Salib Kristus melepaskan kita dari jerat Hukum Dosa. Kebangkitan Yesus melepaskan kita dari jerat Hukum Maut. 

Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus!

1Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. 2Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Rm 8).

Terimakasih kepada Tuhan Yesus yang telah memilih kita menjadi anak-anak-Nya sehingga kita tidak lagi takut akan kematian karena maut tidak lagi kekal bagi kita (Ibr 2:15). 17Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, 18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Why 1:17-18).

Sebelum Kristus tak ada harapan bagi manusia untuk keluar dari cengkeraman maut. Namun, oleh kebangkitan Yesus, kuasa Iblis patah seketika (2 Tim 1:10). 26 Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. 27 Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya.” (1 Kor 15:). Iblis tidak dapat menahan orang-orang yang adalah milik Kristus. “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18).

Kelak, setelah Yesus menyelesaikan penghakiman Allah atas manusia, Iblis beserta kerajaannya dan semua yang manusia yang tetap di dalam maut akan dilemparkan ke dalam lautan api. Itulah kematian kedua. Itulah kematian kekal. Itulah maut yang kekal. Itulah hukuman yang kekal (Why 20:11-15).

Akan tetapi barangsiapa yang mendengar perkataan-Nya dan percaya kepada-Nya, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. “Ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.”(Yoh 5:24). Demikianlah, “setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). AMIN.

God is Love
©HEP

Posting Komentar untuk "Hukum Maut dan Hukum Dosa"