Kondisi Manusia Saat Mati Ayub 14:10-12
“10Bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia? 11Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, 12demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya.” (Ayb 14).
“Bila manusia mati, di manakah ia?”. Apakah pada saat manusia meninggal seketika itu juga ia langsung berada di sorga atau neraka? TIDAK. Kehidupan di dunia ini harus berakhir terlebih dahulu. Yang hidup dan yang mati sama-sama menunggu Hari Tuhan atau Akhir Zaman atau Hari Kiamat. Itu ditandai dengan kemunculan Tuhan Yesus di awan-awan (Kis 1:11; 1 Tes 1:10; Why 22:20). Ia datang kembali dalam kemuliaan-Nya turun dari sorga untuk menjadi Hakim atas manusia yang hidup dan yang mati (Yoh 5:27-29; Kis 10:42; 2 Tim 4:8).
Itulah Penghakiman Terakhir. Di atas Takhta Putih Yesus Kristus duduk memutuskan siapa yang masuk ke sorga dan siapa yang masuk ke neraka (Yoh 5:27-29; Mat 25:31-46; Why 20:11-15). Jadi, akhir zaman terlebih dahulu, lalu penghakiman Kristus, dan barulah sorga atau neraka.
Jika demikian, maka pertanyaan selanjutnya adalah di manakah arwah manusia berada selama menunggu Hari TUHAN? Rasul Petrus memberi kesaksian bahwa pada masa kematian-Nya, Roh Tuhan Yesus melaksanakan penginjilan kepada roh-roh orang-orang yang sudah mati (1 Ptr 3:19, 20; 4:6). Jelaslah bahwa ada dunia orang mati (Kej 37:35; 1 Sam 2:6; Mzm 6:5; Ams 9:18; Yes 14:9; Mat 11:23; Kis 2:31).
Dunia orang mati atau alam maut adalah kediaman arwah-arwah orang mati (Ams 2:18; 9:18; Yes 14:9; 29:4) dan hanya orang-orang mati ada di dalamnya (Why 20:13). Ada kekuasaan di situ. Oleh sebab itu dunia orang mati itu disebut Kerajaan Maut (Why 1:18; 6:8; 20:13, 14) merujuk kepada penguasa maut yaitu Iblis (Ibr 2:14). Namun, itu dulu sampai sebelum kebangkitan Yesus Kristus. Oleh kebangkitan Yesus Kristus kuasa maut dipatahkan oleh Yesus Kristus dan Yesus Kristus menjadi pemegang kunci maut dan Kerajaan Maut (2 Tim 1:10; Why 1:18).
Apakah itu berarti maut dan Kerajaan Maut tidak ada lagi? Maut dan Kerajaan Maut tetap ada. Maut tetap menjadi bagian dari manusia. Yesus menggunakan istilah “mengalami maut” (Yoh 8:51) untuk kematian dan keadaan berada di alam maut. Tentang ini, lihat artikel sebelumnya: Hukum Maut dan Hukum Dosa
Semua manusia akan mengalami maut. Kematian akan membawa roh manusia meninggalkan jasadnya atau tubuhnya yang tak bernyawa (Ams 5:5; Yak 2:26a; 2 Ptr 1:14) menuju dunia orang mati (Kej 42:38; 44:3; 1 Sam 2:6; Ams 9:18). Namun, kematian yang pertama itu belumlah kekal. Sebab ada orang-orang yang akan dibangkitkan Tuhan keluar dari situ untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, yakni orang-orang yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk “tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” (Yoh 8:51) atau “tidak akan mengalami mati selama-lamanya” (Yoh 11:26), melainkan “pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yoh 5:24).
Sebaliknya, orang-orang yang tidak terpilih akan tetap mengalami maut. Maut akan menjadi keadaan yang kekal bagi orang-orang yang tidak mendapat perkenanan Tuhan untuk masuk ke sorga. Setelah putusan pengadilan Kristus ditetapkan, maut dan kerajaan maut dilemparkan ke dalam lautan api (Why 20:14-15). Itulah kematian kedua (Why 2:11; 20:6, 14; 21:8). Itulah maut selama-lamanya. Hukuman kebinasaan selama-lamanya (2 Tes 1:9).
Jadi, orang-orang yang ditetapkan Tuhan Yesus masuk ke dalam Kerajaan Sorga akan tetap bersama Yesus selama-lamanya di sorga (= kehidupan kekal). Demikian juga sebaliknya, orang yang ditetapkan Tuhan Yesus masuk ke dalam neraka akan tetap bersama Iblis selama-lamanya di dalam dapur api itu (= penghukuman kekal).
Lalu, apa yang dilakukan roh-roh orang mati di alam maut selama menunggu Tuhan datang kembali? Keadaannya tidak beda dengan manusia hidup sedang tidur. “10Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia? 11Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, 12demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya.” (Ayb 14).
Berbaring, tidak terjaga, tidak bangun dari “tidur”nya sampai langit hilang lenyap. Kata ‘tidur’ yang dipakai disini adalah מִשְּׁנָתָֽם (nā·ṯām) atau ‘sleep’. ‘Nā·ṯām’ digunakan juga oleh pengamsal menunjuk kepada hal tidurnya orang jahat (Amsal 4:16).
Hanya di Ayub 14:12 dan Amsal 4:16 kata ‘nā·ṯām’ ditemukan. Di tempat lain tidak ada lagi. Ayub menggunakan kata itu untuk hal tidur orang mati dan Salomo menggunakannya untuk hal tidur orang jahat. Kematian memang terjadi karena dosa; karena kejahatan manusia. Dan, dengan tidak bermanis-manis pengamsal langsung mengenakan kata ‘tidur’ untuk orang mati itu kepada manusia yang melakukan kejahatan.
Kata ‘tidur’ juga digunakan oleh Yesus ketika Ia bicara tentang kematian Lazarus: “11Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." 12Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." 13Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.” (Yoh 11).
Mendengar kata ‘tidur’, murid-murid Yesus menyangka bahwa Lazarus belum mati, hanya sedang tidur. Akan tetapi, Yesus menyebut ‘tertidur’ dalam arti mati sebab Lazarus benar-benar sudah mati, tidak bernyawa lagi, bahkan sudah empat hari mati (Yoh 11:39).
Kata ‘tertidur’ yang dipakai Yesus di sini adalah ‘κεκοίμηται’ (kekoimētai) atau ‘has fallen asleep’ dan kata 'kekoimētai' hanya dipakai untuk hal mati saja. Kata ini tidak digunakan untuk menyebut hal jatuh tertidur bagi manusia yang masih hidup. ‘Kekoimētai’ memang ditemukan hanya di Yoh 11 ayat 11 dan 12 ini. Benar-benar hanya digunakan untuk kondisi mati. Jadi mati itu adalah ‘kekoimētai ‘. Mati itu ‘tertidur’.
Memang kata ‘tertidur’ ini juga diartikan sebagai keadaan mati orang-orang percaya yang hanya sementara karena kelak akan dibangkitkan Tuhan pada akhir zaman. Marta memahami ke arah ini ketika Yesus berkata bahwa Lazarus akan bangkit, “Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." (Yoh 11:24). Oleh sebab itu kata ‘tertidur’ di sini lebih digunakan oleh pemberita firman Tuhan untuk memberitakan hal kebangkitan orang-orang percaya dari kematian.
Namun, sesungguhnya kata ‘tertidur’ di sini pertama-tama ada dalam arti yang sesungguhnya yakni hal mati. Jadi, kematian yang pertama membawa roh manusia ke dalam maut dan di situ roh itu diketahui sebagai keadaan tidur seperti dalam dunia orang hidup. Tidak terjaga dan tidak bangun dari tidurnya sampai akhir kesudahan zaman untuk bersama-sama orang-orang yang masih hidup menjalani penghakiman Kristus.
Sebagaimana selayaknya orang yang lagi tidur, tidak ada aktivitas apapun dalam dunia orang mati pada kematian yang pertama (Mzm 115:17a; 6:5; 88:10; Yes 38:18). Tempat itu sunyi (Mzm 115:17b). Status orang-orang yang sudah mati dan orang-orang yang masih hidup adalah sama, yakni sama-sama menunggu kedatangan Tuhan Yesus dan penghakiman-Nya. Yang hidup menunggu dengan masih ada kesempatan untuk bertobat. Yang mati menunggu dengan tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Keributan baru akan terdengar pada kematikan yang kedua, yakni ketika maut dan kerajaan maut dilemparkan ke dalam api sesudah penghakiman Kristus (Why 20: 11-15). Di situlah akan terdengar ratapan dan kertakan gigi (Mat 8:12; 13:42; 50; 22:13; 24:51; 25:30; Luk 13:28). Bahkan untuk setetes air membasahi bibir yang kering kehausan dan kesakitan pun tak dapat lagi diperoleh (Luk 16:19-31). Tak ada kalender lagi, tak ada jam lagi, tak ada malam berganti siang. Tak ada waktu lagi dan tak berbatas waktu lagi. Tak berhenti, tak berkesudahan. Itulah penghukuman yang kekal.
Sebenarnya, andaikata Allah tidak turun tangan menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus, kematian manusia tidak membawa manusia kepada “tidur” namun langsung membawa manusia ke tangan penguasa maut, yakni Iblis (Ibr 2:14) tanpa tertolong lagi. Manusia harus menerima Hukum Maut (Kej 2:17; 3:19; Rm 8:2) sebagai konsekuensi pelanggaran Hukum Allah (Kej 3) -- Lihat topik ini pada materi I: Yohanes 8:51. Akan tetapi, oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Iblis hilang kuasanya (Yes 25:8; Hos 13:14; 1 Kor 15:54-55), bahkan Iblis juga akan dihukum Allah bersama dengan para pengikutnya, yakni orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus dan yang tidak melakukan firman-Nya (Why 20:10, 14-15).
Namun, terpujilah TUHAN Allah Pencipta, yang menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus, Ia sendiri turun tangan mengerjakan keselamatan bagi manusia agar terlepas dari jerat hukuman kekal. Oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus manusia diperdamaikan lagi dengan Allah (Rm 5:10; 2 Kor 5:18, 19; Ef 2:13-18). Terbukalah jalan bagi manusia untuk bersatu lagi dengan Allah di Kerajaan-Nya. Terbukalah sorga bagi manusia.
Posting Komentar untuk "Kondisi Manusia Saat Mati Ayub 14:10-12"