Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbedaan di Bumi NKRI


Ada 9 planet di tata surya. Sang Pencipta menaruh kita di satu planet saja. Padahal, di alam semesta ini banyak planet. Mengapa Sang Khalik tidak memisahtempatkan saja perbedaan dengan menaruh kita hidup terpisah masing-masing di planet yang berbeda? Ia tidak melakukan itu. Kita dikumpulkan-Nya di satu tempat saja dengan aneka perbedaan; di satu planet saja, yakni di bumi.

Di belahan selatan planet bumi, di satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, di sinilah kita ditaruh-Nya. Terlahir di sini tanpa tahu bahwa kita berbeda sebab perbedaan telah ada sebelum kita ada; perbedaan telah ada sebelum kita tahu membedakan; bahkan perbedaan telah ada sebelum kita mengerti apa itu beda.

Sang Khalik tidak akan menciptakan Hawa bila Ia hanya menginginkan Adam saja. Sang Khalik tidak akan menciptakan warna kuning langsat, jika Ia hanya menginginkan sawo matang saja. Sang Khalik tidak akan menciptakan hati yang memiliki kehendak, jika Ia tidak mau manusia memilih.

Di langit, ditampilkan-Nya pula perbedaan saat busur-Nya terbentang melintasi awan dengan warna-warni nan indah. Itulah pelangi. Tujuh warna berbeda dilekatkan-Nya menjadi satu. Warna kuning tak memaksakan warna biru harus menjadi warna kuning. Warna jingga tak mengusir warna merah enyah dari situ.

Perbedaan dibiarkan-Nya berbeda. Tidak saling mengharuskan. Tidak saling meniadakan. Sebab bukankah semua itu sama-sama ditaruh-Nya dengan sengaja? Dan, hanya yang menaruhnya di situ, yang berhak meniadakannya dari situ. Ditaruh untuk menjadi dirinya sendiri. Ditaruh untuk menjadi "sesuatu". Bila semuanya "sesuatu", maka tak ada lagi "sesuatu".

Perbedaan justru memberi tahu siapa kamu dan siapa aku. Tanpa perbedaan, tak seorangpun tahu siapa dirinya. Perbedaanlah yang memberi tahu bahwa kamu putih, saya hitam; kamu pintar, saya bodoh; kamu benar, saya salah. 

Di sini belum sorga dan di sini belum pula neraka. Pandanglah sekelilingmu! Bila tak ada lagi ketidakbenaran kau temukan, maka kamu telah berada di sorga. Namun, bila kamu masih menemukan ketidakbenaran di sekitarmu, maka kamu masih di sini bersama dengan perbedaan.

Kita masih di sini, di bumi, di dunia. Nanti dan hanya di sorga tak ada lagi ketidakbenaran dan di neraka tak ada lagi kebenaran. Bila di alam sana perbedaan memisahkan kita, maka di alam ciptaan-Nya kita ditaruh-Nya hidup berdampingan.

Aku tak berhak meniadakanmu; kamu pun tidak berhak meniadakan aku, karena kau dan aku sama diadakan. Aku tak berhak memaksamu; kamu pun tak berhak memaksaku, karena engkau dan aku sama diberi kehendak untuk memilih. Ia tidak akan memberi kehendak kepadaku dan kepadamu, jika Ia tidak ingin kita memilih.

Lalu, mengapa kita yang sama-sama hanyalah ciptaan hendak menjadi Tuhan atas ciptaan-Nya karena agama kita berbeda? Agama ada karena Sang Pencipta ada bahkan meski agama tak pernah ada, Sang Pencipta tetap ada.

Menuhankan agama bisa membuat kita menjadi "tuhan" atas ciptaan-Nya. Namun menempatkan Tuhan di atas segala-galanya akan membuat kita dapat menghargai seluruh karya cipta-Nya karena kita tahu siapa pemiliknya; tak mungkin merusak apa yang Ia buat dengan tangan-Nya sendiri.

"Kita memang berbeda, tetapi kita "Bhineka Tunggal Ika". Kita memang berbeda, tapi kita sama-sama ciptaan Allah Yang Mahakuasa.

SALAM NKRI
©HEP

Posting Komentar untuk "Perbedaan di Bumi NKRI"