Puasa di Alkitab | 5 | Panduan Berpuasa Masa Kini
V. Panduan Berpuasa Kristiani Masa Kini.
Sangat banyak panduan berpuasa yang sudah dituliskan di mana-mana atau secara lisan melalui pengajaran akademis atau gerejawi atau dari orang-orang yang berpengalaman dalam berpuasa. Artikel ini kiranya dapat melengkapinya.
1. Periksa dulu KASIH Anda kepada sesama manusia.
Kritikan Tuhan (lihat halaman 3: Kritikan Tuhan) terhadap puasa umat membuat berpuasa yang hendak dilakukan HARUS lebih dahulu memperhatikan hal ini, agar puasa itu adalah puasa untuk Tuhan, bukan puasa untuk diri sendiri, yang tidak menyentuh hati Tuhan. Jika Anda terpanggil untuk berpuasa, Anda harus membaca hal kritikan Tuhan tersebut.
Singkatnya dari kritikan TUHAN itu adalah hal KASIH KEPADA SESAMA MANUSIA. Bahwa, ketika berpuasa dilakukan dengan ketidakberesan kasih kepada sesama manusia, maka puasa itu menjadi tidak ada artinya apa-apa bagi TUHAN. Penjelasan ini sudah termuat pada artikel tersebut. Tinggal bagaimana penerapannya di kehidupan kita saat ini.
Tak ada manusia yang sempurna. Namun, jika hendak berpuasa, maka itu berarti kita menginginkan hal yang baik. Bukan saja yang baik dari Tuhan kepada kita, tetapi juga yang baik dari kita bagi orang lain. Sebab, bagaimana mungkin kita berharap yang baik sedangkan kita sendiri tidak mau melakukan yang baik?
4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. (1 Yoh) >>> "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat 7:12)
Karena itu mulailah memeriksa kasih kita kepada orang lain.
Jika ada perkara kasih yang belum terselesaikan tetapi Anda berkerinduan untuk berpuasa, maka bawalah pergumulan kasih Anda itu dalam puasa Anda sebagai tekad hati Anda untuk kiranya Tuhan menolong Anda untuk melepaskan pengampunan dan menyerahkan perkara itu selanjutnya ke dalam tangan Tuhan.
Dengan niat hati yang sungguh untuk mengerjakan kasih seturut kehendak Tuhan, maka Tuhan pasti akan campur tangan menyelesaikan semuanya indah pada waktu-Nya. Amin.
Berapa hal praktis yang bisa Anda pikirkan untuk diperiksa tentang hal kasih di hidup Anda sebagaimana yang dikritisi TUHAN Allah adalah antara lain:
- Bagaimana kepekaan dan keperdulian sosial Anda? Bagaimana belas kasihan Anda terhadap orang-orang yang susah, sakit, dan mengalami berbagai penderitaan hidup
- Apakah berkat rejeki Anda hanya Anda dan keluarga Anda sendiri yang dapat mengecapnya? Ataukah, orang lain juga dapat ikut mengecap berkat itu karena kemurahan hati Anda?
- Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain? Apakah Anda memandang muka: hangat kepada yang kaya, dingin terhadap yang miskin?
- Bagaimana kata-kata Anda terhadap orang lain? Adakah perkataan kotor yang keluar dari mulut Anda? Adakah hinaan dan celaan kerap terucap di bibir Anda?
- Apakah Anda memandang diri Anda lebih baik dari orang lain?
- Apakah Anda memandang rendah orang lain?
- Apakah Anda sering bertindak kasar terhadap orang lain?
- Apakah ada orang yang Anda sedang sengaja tidak mau berkomunikasi karena kejengkelan, sakit hati, kekesalan, kekecewaan Anda kepadanya? Sebelum berpuasa, berdamailah dahulu dengan dia.
- Apakah ada orang yang Anda benci? Ketika berpuasa, Anda memohonkan hati yang mengampuni orang itu. Bukan sebaliknya, yakni berpuasa untuk meminta Tuhan balas kejahatannya. Itu tidak perlu diminta. TUHAN itu adil. Anda tidak minta pun, kalau dia jahat, dia akan beroleh bagiannya dari TUHAN. Bagian Anda hanyalah MENGAMPUNI. Selebihnya adalah bagian Allah.
Demikian beberapa contoh hal yang harus terus dibenahi.
Memang, tidak seperti membalik telapak tangan. Akan tetapi, jika Anda berpuasa, itu berarti Anda ingin mengubah yang tidak baik di hidup Anda menjadi indah di hadapan Tuhan.
Maka, seperti Anda bertekad berpuasa, bertekadlah juga memperbaiki kerja kasih Anda terhadap orang lain.
2. Puasa Tetap.
Sudah saatnya kita menetapkan suatu waktu di hidup kita menjadi hari khusus “Saya dan Tuhan”, “Anda dan Tuhan”.
Di masa sedang berpuasa, seseorang akan menjaga segala sesuatu di dirinya (hati, pikiran, ucapan, perbuatan) sesuai yang diinginkan Tuhan. Di hari-hari tidak berpuasa, seseorang seperti "bisa" marah-marah, tetapi ketika berpuasa, ia secara sadar menahan dirinya dari hal itu. Artinya, hari berpuasa memang menjadi hari berbeda dari hari tak berpuasa karena di hari itu semua yang terkait di diri kita semaksimal mungkin adalah berkenan di hadapan Tuhan.
Oleh sebab itu, saya menyebut hari berpuasa adalah “Hari Saya dan Tuhan” atau “Hari Anda dan Tuhan”. Bukan berarti hari lain bukan hari Tuhan, tetapi bahwa di hari itu, karena sedang berpuasa, jelas-jelas TUHAN DIBESARKAN di seantero diri kita. Tentu saja tanpa berpuasa pun Tuhan harus selalu dibesarkan di hidup kita.
Bila seseorang membiasakan diri dengan berpuasa, maka lepas dari puasa, hatinya dan pikirannya telah dilatih untuk taat kepada apa yang baik di mata Tuhan.
Namun, sekali lagi, sekalipun seumur hidup Anda tidak berhenti berpuasa tetapi bila hati kita buruk terhadap orang lain, puasa itu tidak menyentuh hati Tuhan.
Apabila Anda ingin menetapkan suatu hari puasa secara tetap, maka Anda sendirilah yang menetapkan hari apa di setiap minggu Anda akan berpuasa. Untuk ritme aktivitas manusia masa kini, ini tidak mudah. Karena nyaris seluruh hari-hari manusia saat ini terisi dengan aktivitas duniawi yang lebih dominan dari aktivitas rohani.
Halnya berbeda bagi pribadi-pribadi yang memang sudah memberikan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan. Otomatis aktivitas rohani menjadi lebih dominan, karena tak ada pekerjaan lain, hanya urusan “gereja” saja. Apalagi yang memilih tidak menikah untuk maksud itu. Ia akan lebih fokus lagi, karena tak ada urasan suami/isteri atau anak-anak yang harus dikerjakannya.
Lalu, bagaimana dengan Anda yang bekerja dari Senin sampai Jumat, yang kadang Sabtu juga masih berkecimpung dalam kerja?
Inilah yang saya maksudkan, bahwa Anda melihat hari mana yang terbaik untuk Anda menjadikan hari itu sebagai hari puasa Anda. Bisa setiap minggu, atau dua minggu sekali, atau sebulan sekali.
Yang saya maksud, waktunya tetap, bukan puasa khusus bertujuan, tetapi menjadikan puasa bagian dari perjalanan hidup Anda. Anda bisa mengambil waktu 2 kali seminggu seperti Orang Kaya dalam kisah Injil. Kalau bisa, kenapa tidak. Jika tidak, 1 minggu sekali. Tinggal memilih hari yang terbaik dari hari lainnya. Toh aktivitas hidup tetap dapat berjalan tetapi dengan kesadaran sedang berpuasa.
Jika Anda sudah menetapkan satu hari tertentu, maka Anda harus menjaga konsistensinya.
Mengapa? Karena kalau Anda berniat menetapkan hari khusus berpuasa, itu berarti Anda mengikat komitmen dengan Tuhan, bahwa di hari itu Anda mau bertemu Tuhan lebih khusus dari hari-hari lainnya.
Jangan sampai, di hari yang Anda tetapkan sendiri untuk Tuhan, “Tuhan sudah menunggu Anda, Anda-nya yang tidak muncul-muncul”. Padahal hari itu adalah hari yang Anda komitmenkan di hidup Anda menjadi hari Anda dan Tuhan.
Pengunduran atau pembatalan bisa terjadi apabila di hari yang Anda tetapkan itu Anda ditantang dengan hal-hal yang membuat Anda akhirnya meniadakan hari itu.
Persoalannya adalah bukan soal Tuhan mengerti atau tidak mengerti, tetapi soal KOMITMEN Anda dengan Tuhan. Hukum Kasih tidak menetapkan hari untuk Anda berpuasa, bukan? Yang menetapkan hari itu kan Anda, bukan Tuhan. Lalu, mengapa Anda yang tidak menepatinya?
Hukum Kasih memang tidak menetapkan hari, tetapi Hukum Kasih bicara KESETIAAN. Jika Anda berkomitmen bahwa itu hari puasa, KESETIAAN Anda TERUJI di situ.
Saya beri contoh, hari yang ditetapkan TUHAN Allah menjadi hari khusus untuk-Nya. Bukan berarti Ia tidak ada untuk kita di hari lain, tetapi TUHAN sudah berkomitmen dengan diri-Nya sendiri bahwa itulah hari khusus untuk Dia dan umat-Nya. >>> 2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kej) >>> 20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. (Kel)
Lalu, apakah TUHAN Allah menukar hari Minggu dengan hari lain karena berbagai pertimbangan? Tidak. Demikianlah bahwa KESETIAAN menuntut kesungguhan Anda untuk tetap menguduskan hari yang Anda tetapkan itu bagi Tuhan.
Oleh sebab itu pengambilan keputusan hari dan frekwensinya (berapa kali dalam seminggu/dua minggu/sebulan dsb) harus Anda timbang dengan sebaik-baiknya.
Tak ada orang lain yang dapat membantu Anda untuk memutuskan ini, kecuali Anda sendiri. Karena Anda yang punya hari, maka Anda sendirilah yang paling tahu hari yang tepat untuk menjadi hari tetap bagi Anda berpuasa. Dengan demikian, Anda menjadikan puasa menjadi bagian dari hidup Anda, seperti Hana, Paulus, dll.
Untuk puasa bertujuan khusus, misalnya: untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan, untuk memohon kesembuhan, untuk memohon restu Tuhan, dll, waktunya tentulah tidak tetap.
Bagaimanapun, saya berharap Anda tidak berpikir bahwa Anda hanya akan berpuasa bila ada tujuan yang hendak Anda peroleh dari Tuhan. Saya menyarankan agar Anda tidak seperti itu, melainkan menetapkan waktu khusus menjadi hari puasa tetap di hidup Anda.
Mengapa? Karena, kalau Anda berpuasa hanya pada saat ada tujuan yang hendak Anda peroleh dari Tuhan, maka itu berarti Anda menjadikan puasa sebagai alat pencapaian tujuan Anda semata. Kasarnya, puasa penting bila ada perlu dengan Tuhan. Bila tidak, puasa tidak penting. Seyogianya tidak begitu.
Jadikanlah puasa bukan sebagai alat mencapai tujuan Anda, tetapi menjadi bagian dari hidup Anda (puasa tetap). Bila ada perlu, adakan puasa tujuan DI LUAR puasa tetap Anda.
3. Jam Berapa Mulai, Jam Berapa Berakhir?
Hal yang sama dengan penetapan waktu yang tetap untuk berpuasa, maka penetapan jam memulai puasa dan jam berakhir puasa ada pada keputusan Anda sendiri.
Bila melihat dari konsep TUHAN tentang puasa yang ditetapkan-Nya di Hari Pendamaian, maka itu berarti satu hari. Yang saya maksud dengan ini adalah karena hari itu adalah hari yang Anda putuskan untuk berpuasa, entah puasa tetap atau bertujuan, maka sebaiknya Anda tidak “mengirit” lagi waktu dari hari-hari lainnya. Masakan sudah berhari-hari Anda tidak berpuasa, lalu hari itu Anda pendekkan saja jam berpuasa Anda?
Kalau Anda niat berpuasa di hari itu, sebaiknya ambillah waktu sepanjang-panjangnya. Anda dapat membuatnya menjadi sehari full di hari itu, dari jam 12 malam ke jam 12 malam, dari jam 6 pagi ke jam 6 pagi, dst. Itu kalau Anda hendak mengambil sehari penuh berpuasa. Jam berapa Anda memulainya, di jam yang sama di waktu yang sama barulah Anda mengakhirinya.
Anda juga bisa mengambil hitungan waktu 12 jam. Misalnya: Anda memulainya jam 6 pagi, maka Anda mengakhirinya jam 6 malam.
Bagi pemula, Anda dapat menetapkan masa berpuasa mulai pukul 00:00 hingga 12.00
Anda dapat melihat contoh waktu berpuasa dalam kesaksian Alkitab pada bagian 1 materi ini, yakni Siapa dan Kapan.
4. Mulai dengan Ibadah, Akhiri dengan Ibadah.
Adalah tidak mungkin berpuasa tanpa beribadah, karena berpuasa adalah ibadah (= mencari TUHAN – lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan).
Ketika Anda memulainya, Anda memulainya dengan ibadah dan ketika Anda mengakhirinya, Anda mengakhirinya juga dengan ibadah. Karena puasa bukan sekadar “menyiksa diri tidak makan dan tidak minum”, itu point nomor 3 dari maksud berpuasa. Point pertama: Mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapan-Nya.
Bila Anda berpuasa tanpa ibadah, maka itu namanya Puasa Tubuh belaka. Berpuasa berarti Anda sedang mengaitkan Tuhan melekat di hidup Anda lebih lekat dan terus makin lekat di hidup Anda, maka tidaklah mungkin itu Anda lakukan tanpa ibadah.
Kalau Anda berpuasa, berarti Anda harus mendengarkan Ia bicara. Karena itu Anda harus membaca firman, berdoa, dan memuliakan Dia dengan nyanyian pujian dan penyembahan kepada-Nya.
Bila saat jam puasa berakhir situasi dan kondisi tidak kondusif untuk beribadah, maka berdoa dahulu di dalam hati saat minum air, tetapi setelah itu Anda harus tetap mengatur diri Anda untuk ibadah pribadi di jam selanjutnya.
Saat berpuasa, Anda harus tetap ada dan tampil bagi orang lain selayaknya Anda sedang tidak berpuasa. Puasa tidak membuat Anda harus dimengerti atau beroleh “dispensasi”.
Puasa tidak menonaktifkan Anda dari tanggung jawab Anda baik di tempat kerja Anda ataupun di rumah. Puasa tidak menonaktifkan kasih Anda kepada orang lain, malahan Anda harus lebih menyatakan kasih itu di hari Anda berpuasa.
Jadi, selesaikanlah semua tanggung jawab Anda, barulah Anda duduk tenang, lalu beribadah untuk mengakhiri puasa Anda di hari itu.
Jadi, tidak krasak-krusuk, terburu-buru atau asal-asalan. Segalanya diatur dengan baik dan dilaksanakan dengan ketenangan jiwa. Tidak ada yang dirugikan karena puasa Anda. Semuanya beroleh damai sejahtera.
5. Angkat Hati
Hal lain yang harus diperhatikan adalah masa berpuasa seharusnya adalah jam-jam khusuk dengan Tuhan. Karena itu di bagian awal penjelasan ini, saya menganjurkan Anda menetapkan waktu yang bebas dari kesibukan sebagai hari puasa.
Akan tetapi, umumnya, waktu yang terbaik seperti itu sulit karena pekerjaan, sekolah, kuliah atau aktivitas rutin dalam sepekan. Panduan berpuasa yang saya bagikan memang cenderung untuk Anda yang berniat untuk bisa berpuasa di tengah kepadatan aktivitas Anda.
Bila tidak ada aktivitas, Anda harus lebih banyak memberi waktu untuk beribadah di sehari puasa itu. Nyanyian, doa, dan pembacaan firman Tuhan berkesinambungan dari waktu memulainya hingga mengakhirinya pada jam-jam yang sebaiknya sudah Anda tetapkan sebagai jam saat teduh di hari puasa itu.
Bila tetap beraktivitas: kerja, kuliah, sekolah, dll, maka hal itu tidak dapat Anda lakukan sepenuhnya. Jika demikian, Anda lihat saja situasi, keadaan dan kondisi umum yang berlaku di hari itu.
Jika ada moment di mana Anda dapat beribadah sejenak di antara aktivitas itu, lakukan tanpa menarik perhatian orang banyak. Umumnya, ini sulit dilaksanakan.
Yang paling bisa adalah BERDOA. Dengan asumsi Anda memiliki aplikasi Alkitab di ponsel Anda, itu sangat membantu puasa Anda. Anda bisa membacanya di saat jam istirahat kerja/belajar tanpa menarik perhatian orang banyak.
Apakah itu berarti nilai puasa Anda berkurang? Sama sekali tidak. Karena puasa pertama-tama adalah hati Anda dan hati Tuhan.
Ketika secara fisik, Anda tidak dapat melakukan tindakan khusus untuk beribadah kepada Tuhan, maka Anda masih punya DOA yang tidak dapat dihalangi oleh apapun juga.
Itulah yang harus Anda lakukan sepanjang masa beraktivitas Anda. Hati Anda tetap berkomunikasi dengan Tuhan, yang saya sebut “Angkat hati kepada Tuhan”. Ini bahasa yang sudah kita kenali, yakni Doa dari hati kepada Tuhan. Walau tangan Anda tak melipat, bibir Anda tak berkomat-kamit, tetapi hati Anda terus berbicara akrab dengan Tuhan.
Terkadang pekerjaan atau aktivitas belajar memerlukan perhatian penuh, sebab memang Anda harus lebih baik dalam bekerja dan harus lebih serius dalam belajar saat berpuasa. Bukannya menjadi lemas dan tidak fokus mengerjakan tanggung jawab Anda dikarenakan puasa Anda. Tidak. Malah di hari puasa itu, Anda harus lebih bergairah dari hari tak berpuasa.
Nah, karena harus berkonsentrasi pada apa yang Anda kerjakan atau hadapi, maka terkadang jam berlalu tanpa Anda sadari, akhirnya juga berlalu tanpa DOA.
Untuk menghindari hal ini, maka saya menyarankan Anda untuk menetapkan waktu khusus di jam-jam aktivitas Anda menjadi menit-menit Doa Anda.
Ini pun tetap saya anjurkan sekalipun sepanjang jam Anda bisa tetap angkat hati. Mengapa? Karena hari itu adalah hari puasa, seharusnya seluruh waktu untuk Tuhan. Namun, karena Anda harus beraktivitas, maka aktivitas itu sama sekali tidak boleh meniadakan kontak Anda dengan Tuhan secara pribadi.
Tetapkanlah, misalnya, jam 09:00, 12:00, 15:00 menjadi menit-menit doa hati Anda kepada Tuhan. Apakah harus di jam-jam itu? Tentu tidak. Anda yang putuskan itu, karena beda orang, beda aktivitas, beda situasi, beda keadaan, beda kondisi, dsb. Anda sendiri yang memutuskan itu.
Bagaimana Anda memutuskan itu? Lihatlah jam mana di antara jam-jam aktivitas Anda di hari itu bisa menjadi jam Angkat Hati Anda.
Jika tahu di hari itu jam 09:00, misalnya, Anda sedang berdiri mengajar, maka janganlah menetapkan jam itu. Ambillah waktu lain. Jam istirahat, misalnya. Di waktu itulah, Anda berdiam diri, tenang dan berdoa di hati Anda. Seberapa banyak waktu yang bisa untuk itu, berdoalah.
Untuk itulah Anda berpuasa, yakni bukan untuk tidak makan dan tidak minum saja, tetapi untuk melakukan komunikasi pribadi dengan Tuhan.
Bila puasa adalah puasa tubuh belaka, Anda tidak perlu melakukan itu. Namun, karena Anda berpuasa untuk Tuhan, maka Anda harus melakukan itu! Itu pun Anda sudah "diringankan" karena aktivitas Anda.
Apabila Anda sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan Tuhan di seluruh jam puasa Anda, lebih baik Anda tidak menyebut puasa Anda itu untuk Tuhan, dan dengan demikian Anda tidak memerlukan panduan ini.
Demikian beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk memandu Anda melaksanakan puasa melengkapi panduan berpuasa lainnya yang sudah Anda ketahui.
Beberapa topik tentang puasa mungkin akan ditambahkan kemudian, tetapi untuk paket materi puasa kali ini, berakhir di sini. Kiranya menjadi berkat. Amin.-- [End]
Posting Komentar untuk "Puasa di Alkitab | 5 | Panduan Berpuasa Masa Kini"