Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puasa di Alkitab | 4 | Mengapa Orang Kristen Ada yang Berpuasa dan Ada yang Tidak?

HEP
Paket Materi Puasa di Alkitab 
Halaman 4

IV. Mengapa Orang Kristen Ada yang Berpuasa dan Ada yang Tidak?

Pertanyaan serupa disampaikan oleh murid-murid Yohanes Pembaptis dan murid-murid orang Farisi kepada Yesus: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" (Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33).

Jawaban Yesus: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35).

1. Gereja adalah Umat Perjanjian Baru.

Saat Yesus sebagai manusia masih bersama-sama murid-murid-Nya di dunia, masa itu adalah masa Ia mempersiapkan suatu umat Perjanjian Baru.

Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. (2 Kor 3:6) >>> Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda. (Ibr 8:8) >>> Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. (Ibr 8:13 >>> Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. (Ibr 9:15) >>> dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. (Ibr 12:24)

Umat Perjanjian Baru adalah umat yang mengikat perjanjian hukum dengan TUHAN Allah dengan hukum yang baru, -- bukan lagi dengan Hukum Taurat tetapi dengan penggenapan hukum itu -- yakni Hukum Kasih.

Hukum Kasih efektif berlaku setelah pengesahannya, yakni disahkan dengan darah kematian Yesus Kristus di kayu salib. >>> Kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. (Ibr 12:24)

Pengesahan hukum Allah dimeteraikan dengan darah:

1. Hukum Taurat, yaitu hukum Perjanjian Lama (Ibr 8:13), disahkan dengan darah lembu jantan (Kel 24:3-8; Ibr 9:18-22).

2. Begitu juga dengan Hukum Kasih, yakni hukum Perjanjian Baru, juga disahkan dengan darah, yakni darah Yesus Kristus.  >>> Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.(Luk 22:20; Mat 26:28; Mrk 14:24; 1 Kor 11:25; Ibr 12:24).  --- 

Umat Perjanjian Baru adalah Gereja. Gereja adalah pelaksana hukum Perjanjian Baru, yakni Hukum Kasih. Gereja melaksanakan perintah Tuhan dengan kasih, oleh kasih, dan karena kasih, termasuk hal berpuasa.

2. Puasa Gereja Berdasar pada Hukum Kasih.

Yesus tidak meniadakan atau membatalkan Hukum Taurat (Mat 5:17), melainkan menggenapinya dengan memberi dasar yang baru bagi Hukum Taurat, yakni KASIH.

Artinya, pelaksanaan Hukum Taurat dan segala peraturan-peraturannya, termasuk tradisi dan ketetapan berpuasa, dikerjakan atas dasar kasih, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (Mat 22:34-40).

TANPA PAKSAAN. Tidak ada paksaan dalam pelaksanaannya, apalagi rasa takut. >>> Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yoh 14:18)

DENGAN HATI. Bukan karena keharusan belaka. Bukan karena karena kewajiban semata. Dilakukan dengan HATI, yakni hati yang mengasihi. >>> Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh 14:15). Dan, dasar untuk mengasihi adalah Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yoh 4:19)

KARENA KASIH. Bukan supaya diberkati Tuhan atau supaya beroleh sesuatu dari Tuhan, tetapi karena Tuhan sudah memberkati, karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi.

Jadi, tidak perlu disuruh, tidak perlu dipaksa. Bila sayang kepada Tuhan, maka pasti akan melaksanakan semua perintah-Nya dengan kemauan hati sendiri. Senang melakukannya. Tidak ada tekanan. Penuh sukacita.

Misalnya, hukum “Jangan berzinah”. Jangan berzinah di bawah payung Hukum Taurat adalah keharusan yang mau tidak mau dilakukan karena ancaman hukuman mati. Jika berbuat, pasti akan dihukum dengan di lempari batu sampai mati (Im 20:10; Ul 22:22-24; Yoh 8:2-5).

Dalam Hukum Kasih, "Jangan berzinah" diberi dasar KASIH, yakni "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat 22:39). "Jangan berzinah" dipahami dan dikerjakan bukan lagi dalam kerangka hukuman (Hukum Taurat) melainkan dalam kerangka kasih (Hukum Kasih).

Bukan karena takut dihukum, tetapi karena mengasihi isteri/suami dan mengasihi anak-anak.

Jika kasih kepada sesama ini dipahami dengan baik, maka sekalipun tidak ada larangan untuk berzinah, perzinahan tetap tidak akan dilakukan sebagai pilihan sendiri sebab tahu dan sadar bahwa perzinahan akan menyakiti bahkan melukai hati isteri/suami, dan anak-anak. Ia tidak berzinah karena ia mengasihi keluarganya.

Demikianlah di dalam Hukum Kasih setiap pribadi dengan ikhlas melakukan butir demi butir perintah dan ketetapan Allah dengan ikhlas tanpa merasa dipaksa, tanpa tekanan, tetapi karena memiliki KASIH. >>> Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh 14:15). Tidak mengasihi, tidak melakukan. 

3. Penerapan Puasa dalam Hidup Orang Percaya.

Yesus tidak meniadakan hal berpuasa, tetapi memberi dasar berpuasa dengan KASIH dan waktunya adalah ketika Ia sudah naik ke sorga sampai Ia datang kembali.

Tuhan Yesus menetapkan masa untuk umat Perjanjian Baru (orang percaya/gereja) dapat berpuasa adalah pada saat Ia sudah tidak lagi ada bersama-sama dengan murid-murid-Nya di dunia sebagai manusia. >>> Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35).

Jadi, masa sejak Yesus naik ke sorga sampai kedatangan-Nya kembali yang kedua kali, yakni seperti sekarang ini (= masa ROH KUDUS), menjadi MASA BERPUASA BAGI GEREJA.

Gereja bisa menetapkan satu waktu khusus menjadi hari puasa umat gereja. Dan, tanpa itu pun, puasa tetap dapat dilakukan oleh orang percaya sebagai puasa pribadi dengan tujuan khusus atau puasa sebagai bagian dari hidup (= penetapan puasa di hidup seseorang atas keputusan pribadi sebagai bagian dari hidupnya sebagai orang percaya).

"Peniadaan" pengajaran khusus tentang puasa di gereja Protestan seringkali didasarkan pada kritikan TUHAN tentang puasa umat (lihat halaman 3: Kritikan Tuhan).

Di situ TUHAN Allah memang mengritik puasa umat-Nya. Akan tetapi yang dikritisi oleh Allah adalah pelaksanaan puasa yang tidak diiringi dengan kehidupan kasih yang benar kepada sesama manusia.

Jelas, TUHAN Allah tidak membuang puasa dan menggantikannya dengan pelayanan kasih kepada sesama, melainkan menegaskan agar umat-Nya menjalankan keduanya sama baiknya, sama benarnya di hadapan TUHAN.

Oleh sebab itu, adalah KELIRU bila berpuasa digantikan dengan model berpuasa yang tidak lagi berdasar pada apa yang Alkitab maksudkan tentang berpuasa.

Saya harus mengatakan ini karena ada gereja yang menetapkan suatu jenis pelayanan diakonia sebagai puasa dengan "meng-uang-kan puasa" yakni mengganti puasa dengan uang dan uang itu dijadikan persembahan diakonia 🤦🏻‍♀️.

Puasa, ya puasa. Diakonia, diakonia. Puasa adalah kita dan Tuhan. Diakonia adalah kita dan sesama manusia.

Puasa bukan soal tidak makan tidak minum semata-mata sehingga puasa bisa digantikan dengan uang.. Puasa punya maksud yang berbeda, diakonia punya maksud yang berbeda. Seperti kaki dan tangan, beda fungsi, tapi keduanya HARUS ADA di satu tubuh.

Tidak meniadakan satu dengan yang lain. Dua-duanya tetap ada. Puasa tidak bisa digantikan dengan diakonia. Diakonia tidak bisa digantikan dengan puasa.

Sekarang, perhatikan sekali lagi kalimat Yesus: Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35).

Di situ Yesus sendiri menyatakan bahwa masa Ia tidak bersama secara manusia dengan gereja-Nya justru ADALAH MASA YANG MEMERLUKAN PUASA bagi murid-murid-Nya. --- Lalu, MENGAPA ADA GEREJA YANG MEMANDANG INI TIDAK PERLU?

Ingat juga perkataan Yesus di taman Getsemani: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Mat 26:41).

Sekarang ini gereja sedang diperhadapkan dengan berbagai bentuk pencobaan dunia zaman akhir yang rawan menggoyahkan iman. Makin hari makin berat.

Maka, tepatlah perkataan Yesus, bahwa masa penantian akan Dia datang kembali menjadi masa yang paling tepat dan penting untuk gereja-Nya bertekun dengan berdoa dan berpuasa.

Bukan karena kewajiban, tuntutan, atau paksaan. Bukan sebagai aksi demonstrasi iman dan kesalehan hidup, tetapi karena kita membutuhkan BELAS KASIHAN ALLAH. Puasa menjadi salah satu bentuk penyerahan diri kita secara total kepada Tuhan untuk Ia isi dengan kuasa-Nya.

Apabila kita mengerti apa itu berpuasa, maka orang percaya saat ini pasti akan menjadikan puasa sebagai bagian dari hidupnya. Berpuasa tidak hanya bila "ada perlu dengan Tuhan", misalnya untuk minta kesembuhan, untuk minta petunjuk, untuk melawan kuasa kegelapan, dsb (lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan Berpuasa).

Orang percaya yang mengerti arti puasa akan menjadikan puasa adalah bagian dari hidupnya secara tetap dan berkesinambungan.

Puasa umat Perjanjian Baru (= Gereja) menjadi salah satu wujud upaya anak-anak Tuhan membangun sistem ketahanan rohaninya dalam menghadapi serangan-serangan kenyataan yang tak menyenangkan di hidupnya.

Puasa secara rutin menjadi salah satu pelatihan diri untuk beroleh kontrol penuh dari Allah atas tubuh, jiwa, dan roh kita.

Puasa adalah salah satu bentuk latihan pendisiplinan diri untuk menaklukan kehendak-kehendak diri kepada kehendak Roh Tuhan.

Puasa adalah ibadah.

4.  Mengapa Ada yang Tidak?

Namun, mengapa gereja protestan umumnya tidak menerapkan puasa?

Pertama: jemaat tidak paham apa itu berpuasa berdasarkan kesaksian Alkitab.

Kedua: jemaat tidak diberitahu hal berpuasa itu dari gerejanya atau diberitahu tetapi tidak mendapat pendalaman khusus tentang itu.

Ketiga: karena tidak tahu, jemaat jadi melihat puasa dari paham dan praktek berpuasa agama lain, akhirnya puasa menjadi salah dipahami.

Keempat: bisa jadi ada ketakutan dari orang-orang Protestan bila menerapkan puasa nanti dianggap ikut-ikutan gereja Pantekosta. Ini sangat keliru sebab puasa bukanlah ketetapan gereja Pantekosta. Puasa adalah firman Tuhan itu sendiri di dalam Alkitab.

Pertanyaan: mengapa mereka melakukan, mengapa kita tidak? Mengapa alergi dengan “puasa” atau “tepuk tangan”. Apa yang salah dengan itu?

Umumnya ini adalah persoalan "biasa" dan "tidak biasa" (= tradisi).

Negatifnya: apa yang benar dalam Alkitab bisa menjadi "tidak benar" karena "bukan tradisi gereja kita."

Bahayanya: "tradisi" menjadi dijunjung tinggi di atas "Firman Tuhan". Bisa sampai begitu, kalau sudah ekstrim.

Lalu, bagaimana jemaat mengerti? Itu adalah tanggung jawab pemimpin-pemimpin gereja dalam pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan. Seperti imbauan untuk datang beribadah, mengapa tidak mengimbau jemaat untuk berpuasa?

Jangan sampai jemaat tidak melakukannya bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak dibuat tahu dan tidak dibuat mengerti oleh pengajaran di gereja.

Lebih dari semua itu, tak ada paksaan. Seperti Anda tidak dipaksa untuk ke gereja, Anda pun tak akan dipaksa untuk berpuasa. Biarkan semuanya melakukannya karena sadar KASIH, bukan karena sadar hukum semata-mata.

Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh 14:15)Tuhan Yesus kiranya memberkati puasa Anda. Amin! -- [Bersambung ke bagian 5]

©HEP

Posting Komentar untuk "Puasa di Alkitab | 4 | Mengapa Orang Kristen Ada yang Berpuasa dan Ada yang Tidak?"