Dosamu Menghambat yang Baik Yeremia 5:25
Apa yang kita sebut masalah atau pergumulan umumnya adalah keadaan atau peristiwa yang kelihatan di mata kita. Tidak banyak orang yang dapat melihat bahwa pergumulan yang kelihatan itu hanyalah bagian permukaan dari suatu masalah atau persoalan yang sesungguhnya, yang tidak kelihatan dan yang kita sendiri mungkin tidak pernah menyadarinya. Dan, itu seringkali adalah dosa.
Saat pergumulan yang kelihatan itu tampak tidak berlalu dari hidup kita padahal secara sadar kita sudah menyerahkan pergumulan itu kepada Tuhan dalam setiap doa kita, maka kita kemudian menjadi kecewa dan tawar hati. Kita memandang Tuhan tidak peduli dan seakan tidak berkuasa menolong kita.
Inilah kecenderungan kita, yakni tatkala segala sesuatu telah salah dalam pandangan kita, kita sulit sekali untuk melihat diri kita di dalam seluruh kesalahan itu. Kita cenderung hanya memandang kepada apa yang terjadi dan meyakini sebabnya berdasar apa yang diketahui oleh manusia dari pikirannya, pengalamannya, dan ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Dan, kita merasa itu cukup. Contoh:
- Orang yang sakit hanya melihat penyakit itu sendiri. Jika ditanya, apa penyebab sakit tersebut, ia pun menjawab: darah tinggi; gula; jantung lemah; kerusakan pada paru-paru; ginjal; hati; maag, dll. Atau, terlalu banyak konsumsi minuman keras; kurang istirahat; waktu makan tidak teratur; rokok; narkoba, dll. Itu saja, cukup.
Pergumulan dan sebab-sebab pergumulan hanya dipandang dari apa yang kelihatan dan dapat dijelaskan secara ilmu kesehatan. Bila ilmu kesehatan tidak dapat menjawab, tuduhan melayang bahwa ada orang yang berniat jahat dengan mengirimkan penyakit itu kepadanya.
Ibu yang mengalami keguguran pada kandungannya hanya memandang penyebab kegugurannya karena salah minum obat; kandungan lemah; akibat jatut, terpeleset, tersandung; kurang istirahat; mengangkat benda-benda yang berat, dll. Itu saja, cukup.
- Isteri yang tidak kunjung hamil memandang penyebab ketidakhamilannya hanya berdasarkan diagnosa dokter tentang kelemahan pada alat reproduksinya atau kelemahan fungsi alat vital suaminya, dll. Itu saja, cukup.
- Orang yang tersakiti karena pasangan berselingkuh hanya melihat bahwa itu karena ketidaksetiaan dan kehadiran perempuan lain atau laki-laki lain sebagai penyebab kehancuran rumah tangganya. Itu saja, cukup.
- Orang yang kecurian hanya melihat kejahatan si pencuri dan menyalahkan kealpaan yang memudahkan pencuri itu beraksi. Itu saja, cukup.
- Orang yang rumahnya terbakar hanya melihat dari mana sumber api itu dan siapa orang yang telah lalai sehingga kebakaran itu terjadi. Itu saja, cukup.
- Orang tua yang bergumul karena kenakalan anak-anaknya hanya melihat sifat; tabiat; prilaku yang buruk pada diri anak-anak mereka. Itu saja, cukup.
- Orang yang disakiti oleh orang lain hanya melihat kejahatan orang yang menyakiti hatinya. Itu saja, cukup.
- Orang yang gagal untuk mencapai suatu maksud hanya melihat bahwa orang lain tidak mendukung dia, bahwa ia dicurangi, disepelekan, tidak dihargai, dll. Itu saja, cukup.
- Bahkan kematian pun bisa dilihat hanya oleh karena terlambat atau tidak dibawa ke dokter; tidak cukup uang untuk biaya pengobatan; tidak dilayani dengan baik oleh dokter dan perawat; salah obat; salah dokter; kebrutalan penabrak; kejahatan si pembunuh, dll.
Dan banyak contoh lain yang menunjukkan kecenderungan kita memandang suatu pergumulan hanya dari apa yang terlihat saja, atau terasakan, dan teralami. Ketika dosa dipertanyakan, kita tersinggung. Memang, tidak semua orang dapat melihat dirinya sendiri dalam segala derita yang harus dikecapnya.
Pertanyaan awal dan standar: “Apakah Saudara sudah mencari Tuhan dalam pergumulan Saudara? Apakah Saudara sudah memohonkan kelepasan dari pergumulan Saudara dalam doa Saudara?”.
Ia menjawab, “Sudah. Bahkan sekarang saya lebih tekun mencari Tuhan dari waktu sebelumnya. Saya punya jam-jam doa bagi pergumulan saya. Saya membaca firman Tuhan dan menaikkan puji-pujian bagi-Nya, bahkan saya pun berpuasa untuk pergumulan ini”.
Lalu, mengapa pergumulan itu tidak kunjung berlalu dari hidup kita padahal kita telah mencari Tuhan dan berseru kepada-Nya siang dan malam? Jawaban umum: “Tuhan belum menjawab doa saya”. Karena umumnya kita memandang, bahwa suatu doa terjawab bila pergumulan itu selesai, teratasi, berakhir. Selama pergumulan itu masih ada, doa belum dijawab Tuhan.
Dengan perkataan lain, yang dipahami secara umum tentang doa adalah kalau kehendak kita diikuti oleh Tuhan, itu baru namanya doa dijawab. Sebaliknya, bila mau kita tidak/belum diikuti oleh Tuhan, itu berarti doa belum dijawab oleh Tuhan. Dengan demikian, yang kita tunggu bukanlah kehendak Tuhan, tetapi kehendak kita diikuti oleh Tuhan.
Sekarang, pertanyaannya adalah pernahkah terlintas di pikiran Saudara, bahwa jangan-jangan Tuhan pun sedang menunggu kita mengikuti kehendak-Nya? Kita menunggu Tuhan "ikut" mau kita sementara Tuhan juga sedang menunggu kita ikut mau Dia. Kita tunggu Dia, Dia tunggu kita.
Jika kita sudah mencari Dia dan berseru kepada-Nya tetapi pergumulan kita belum juga berakhir, itu tidak berarti bahwa Tuhan tidak peduli terhadap pergumulan kita. Ada banyak perkataan firman Tuhan dalam Alkitab yang memberi petunjuk untuk kita renungkan dan ikuti terkait harapan kita akan berakhirnya pergumulan kita. Bukan hanya hal "mujizat itu nyata" seolah-olah hanya itu satu-satunya perkataan Tuhan terhadap pergumulan kita. Ada hal-hal lain juga, di antaranya adalah hal dosa.
Melalui nabi Yeremia, Ia berfirman: "Dosamu menghambat yang baik dari padamu". Mengapa ini tidak kita pikirkan? Mengapa hanya persoalannya atau masalahnya atau pergumulannya yang kita lihat? Siapa tahu inilah yang sedang ditunggu oleh Tuhan dari kita, yakni kita menyadari dosa kita dan menyelesaikan dosa itu.
Namun, ada orang berkata, “Saya tidak melakukan dosa yang besar seperti dosa-dosa orang lain. Saya tidak mencuri, tidak pemabuk, tidak berzinah, tidak bermain judi; saya setia beribadah, tekun memberi persembahan, memberi diri dalam pelayanan”, dan lain sebagainya
Nah, jadi mirip dengan orang Farisi dalam Lukas 18:9-14:
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Berbeda dengan si pemungut cukai, ia "berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (18:13).
Lalu, apa kata Tuhan Yesus? "Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (18:14)
Yeremia 2:35 Engkau berkata: aku tidak bersalah! memang, murka-Nya telah meninggalkan aku! Sesungguhnya Aku akan membawa engkau ke pengadilan, oleh karena engkau berkata: aku tidak berdosa!
1 Yohanes 1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
Kita sadari atau tidak, dosa telah mendapat tempat tersendiri di hati kita dan mengalir bersama hidup kita. Dosa bahkan kerap telah membentuk sikap dan karakter hati kita dan mewujud dalam berbagai bentuk aktualisasi diri [perwujudan diri kita yang kelihatan] entah sifat; karakter; watak; tabiat, prinsip hidup, pola pikir, pola hidup, isi ucapan, sikap, prilaku, perbuatan, kebiasaan, kesukaan, dan lain sebagainya.
Bukan tidak mungkin dosa-dosa yang disadari atau tidak disadari, diakui atau tidak diakui, tersembunyi atau tidak tersembunyi, ternyata itu adalah akar permasalahan dari pergumulan yang kita hadapi. Akar pergumulan itulah musuh bagi-Nya. Itu harus dicabut dan dibuang agar pergumulan yang dibuahkan oleh pohon dosa itu tidak akan pernah timbul lagi di dalam hidup kita dalam bentuk apa pun juga, entah dalam bentuk pergumulan yang sama maupun dalam rupa yang lain.
Mungkin, proses inilah yang sedang terjadi, bahwa kita menunggu Tuhan, Tuhan menunggu kita. Ada sesuatu yang harus dibereskan di diri serta hidup kita. Dan, sesuatu itu adalah dosa.
"Barangsiapa kukasihi, ia kutegor dan kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19).
Memang, semua orang telah berdosa, tetapi menyadari dosa bukanlah dosa. Amin.
Posting Komentar untuk "Dosamu Menghambat yang Baik Yeremia 5:25"