Orang Kafir Versus Orang Fasik
Lukas 10:25–27 -- 10:25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Mazmur 52:9 -- "Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya, yang percaya akan kekayaannya yang melimpah, dan berlindung pada tindakan penghancurannya!"
Mungkin judul renungan di atas mengundang tanda tanya bagi Anda. Dua kata yang berkonotasi negatif yaitu KAFIR dan FASIK. Ibarat suatu pilihan, maka kedua-duanya tidak menarik untuk dipilih.
ORANG-ORANG BERAGAMA UMUMNYA dengan mudah MENGHAKIMI DENGAN
SEBUTAN KAFIR TERHADAP ORANG-ORANG YANG TIDAK BERAGAMA. Mereka menilai
orang yang tidak beragama SEBAGAI ORANG ATHEIS ATAU KOMUNIS. Bahkan
ekstrimnya, antar pemeluk agama pun terjadi saling klaim bahwa agama yang satu
lebih benar dari agama lainnya dan juga MENYEBUT KAFIR BUAT ORANG-ORANG YANG
TIDAK SEAGAMA dengan mereka. Tidak mengherankan bila pemimpin agama tertentu
dengan stigma kafir melegalkan cara-cara kekerasan untuk melindungi komunitas
agamanya.
Pertanyaannya, APAKAH TUHAN ITU seperti BARANG
KOMODITY yang BISA DIMONOPOLI oleh sejumlah ORANG YANG MENGAKU DIRINYA
BERAGAMA? Sama sekali tidak, Saudara! Rasul Paulus dalam beberapa
tulisannya dengan tegas mengatakan bahwa TUHAN PENCIPTA SEMESTA ini ADALAH
TUHAN UNTUK SEMUA ORANG, BAIK ORANG BERAGAMA MAUPUN ORANG TIDAK
BERAGAMA.
Realitas atau kondisi seperti ini juga
terjadi di zaman Tuhan Yesus dimana PENGARUH PARA PEMIMPIN AGAMA BEGITU
KUATNYA. Mereka seolah-olah SEPERTI TUHAN YANG BISA MENENTUKAN KAFIR TIDAKNYA
SESEORANG. Dengan Hukum Torat yang mereka kuasai, sebagai ahli-ahli kitab atau pemimpin
agama, mereka bisa menghukum, merajam orang-orang yang dinilai kafir. Dengan
menjadi pemimpin agama atau pakar agama kedudukan mereka sangat berkuasa,
bahkan fatwa dan keputusan mereka merupakan acuan bagi pemerintah yang berkuasa
waktu itu untuk melaksanakan keputusan apa saja sesuai rekomendasi dari para
pemimpin agama.
BILA kitaMENCERMATI dan MEMBANDINGKAN apa YANG
TERJADI DI ZAMAN YESUS DENGAN APA YANG TERJADI DI ZAMAN SEKARANG, maka
kita melihat TERJADINYA KESAMAAN bahkan intensitasnya kini lebih besar dan
nampaknya SEJARAH TELAH BERULANG. Para pemimpin agama dengan pengaruh atau karisma
yang mereka miliki MENGANGGAP DIRI mereka LEBIH BENAR dari orang-orang
yang tak beragama, yang dinilai sebagai orang kafir atau sesat. Mereka begitu
yakin dengan ilmu pengetahuannya tentang kitab suci bahwa merekalah yang akan
menjadi pewaris kerajaan surga. Tetapi mereka salah kaprah! Sebab
itu ketika TUHAN YESUS BERSAHABAT DENGAN ORANG-ORANG YANG DIBERI LABEL
KAFIR oleh mereka. Para pemimpin agama atau pakar-pakar kitab suci itu
menjadi geram dan ingin membunuh Yesus.
Para pemimpin agama atau pakar Kitab Suci atau kaum
Farisi pada waktu itu bahkan tetap berlangsung sampai zaman sekarang ini berpikir
bahwa pengenalan kepada Tuhan hanya diperoleh dari penguasaan pengetahuan
tentang Torat atau Kitab Suci sebagai buku ilmu agama. MEREKA MENGENAL TUHAN
DALAM TATARAN KNOWLEDGE. Mereka lupa bahwa Torat atau Kitab Suci yang
mereka pelajari yang memberitakan tentang kedatangan Messias.
Manusia Firman (Sang Firman) telah datang
menggenapi semua apa yang mereka pelajari dalam wujud gulungan atau lembaran
kertas itu dalam wujud pribadi manusia Tuhan Yesus Kristus. Mereka mengenal
Tuhan secara agamawi TETAPI MENOLAK TUHAN DALAM RUPA KEMANUSIAAN-NYA. Tuhan
dalam rupa Tuhan Yesus Kristus ditolak, karena mereka menilai bahwa Tuhan Yesus
datang sebagai pemimpin atau raja untuk menggantikan mereka. Namun, Raja
orang Yahudi itu datang dalam rupa yang mengecewakan, tidak ada semarak dalam
diri-Nya seperti telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya. Yesus datang dalam rupa
yang tidak diharapkan oleh umat manusia waktu itu, Ia datang sebagai hamba yang
paling hina.
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa kedudukan seorang
pemimpin agama adalah suatu kedudukan yang sangat prestisius, sebab itu mereka
mengharapkan orang yang dijanjikan sebagai Mesias adalah orang yang lebih
tinggi status keadaan sosialnya, paling tidak sama dengan mereka. Akan tetapi,
nyatanya, mereka melihat hal yang sebaliknya. Logika mereka tidak dapat
memahaminya.
Bagi pemimpin agama, penampilan lahiriah seseorang
sangatlah menjadi ukuran dalam hal menilai (menghakimi). Sebab itu, di zaman
Tuhan Yesus perbedaan status kaya dan miskin merupakan tolak ukur bagi pemimpin
agama dalam menentukan hirarki dalam kepemimpinan agama di kala itu. Penampilan
Yesus dalam rupa hamba yang sangat hina sangatlah tidak diperhitungkan orang padahal
Ia adalah batu penjuru yang dipakai Allah untuk menggenapi rencana
keselamatan-Nya.
Status kedudukan orang-orang yang dianggap bodoh-miskin
adalah dianggap sebagai orang-orang kafir, tidak sederajat dengan mereka,
dan tidak memiliki pengetahuan agama atau rohani seperti mereka, dianggap
bukanlah SESAMA untuk mereka. Bagi mereka aturan yang mereka terapkan
mengutamakan hal-hal kebersihan secara lahiriah. Salah satu contoh yang
dilanggar murid-murid Yesus ketika Yesus membiarkan murid-murid-Nya tidak
mencuci tangannya pada waktu makan.
Bagi mereka penampilah lahiriah adalah wujud
ibadah, tapi justru Yesus mengajarkan hal sebaliknya. Ia tidak memilih orang-orang
yang berpenampilan bersih lahiriahnya, tetapi Ia memilih orang-orang yang
bersih batiniahnya. Karena manusia lahiriah diibaratkan sebagai pembungkus (packagingnya)
yang suatu saat akan habis binasa dan harus dibuang. Sedangkan essensi dari
manusia yang sebenarnya adalah manusia batiniah. Manusia batiniah tidak akan
habis dimakan waktu dan ia akan hidup abadi. Cuma masalahnya ia hidup abadi di
neraka atau hidup abadi di surga. Itu ditentukan dari pilihannya selama hidup
di dunia ini.
Sebelum kita lanjutkan uraian ini, marilah kita
melihat kata “fasik” seperti juga yang ditulis dalam judul renungan
ini. APAKAH ARTI KATA FASIK? Banyak orang salah menafsirkan arti kata
fasik sehingga banyak orang mengira bahwa arti kata fasik adalah sama atau
identik dengan orang kafir.
ANTARA ORANG FASIK DENGAN ORANG KAFIR ADALAH
DUA HAL YANG BERBEDA. Dalam Alkitab jelas ditulis bahwa TUHAN YESUS
BANYAK BERGAUL DENGAN ORANG YANG DIANGGAP KAFIR, untuk itu Yesus harus
MENGAMBIL RISIKO dihujat, DIHINA, dibenci bahkan DIFITNAH sebagai PEMBAWA
AJARAN SESAT dari Beelzebul (Iblis). Sedangkan sebaliknya Alkitab dari Perjanjian
Lama sampai Perjanjian Baru MENGUTUK KERAS terhadap ORANG-ORANG FASIK dan
memberitahu bahwa merekalah penghuni neraka nanti.
Tidak ada catatan di Alkitab bahwa Yesus bergaul
dengan orang fasik malahan tercatat Yesus pernah bersahabat dengan orang jahat
mantan pembunuh (orang yang disalib bersama Yesus), mantan pelacur (Maria
Magdalena dan perempuan samaria yang bercakap-cakap dengan Yesus), mantan
koruptor (Zacheus), dan bersahabat dengan orang-orang miskin atau kotor secara
lahiriah (mantan nelayan para murid Yesus) dan dianggap najis atau kafir oleh
para pemimpin agama. Sahabat sahabat Yesus bukanlah orang religious atau orang
beragama karena keselamatan surgawi bukan ditentukan oleh agama yang
dianutnya, tetapi sangat ditentukan oleh pertobatannya. Lalu pertobatan macam
apa yang dibutuhkan? Hanya satu hal, yaitu pertobatan yang diminta oleh Kristus
sendiri yakni Pertobatan Lahir Baru.
Kalau begitu SIAPAKAH ORANG FASIK itu saudara?
DALAM KITAB PERJANJIAN LAMA BANYAK AYAT AYAT YANG MEMBERITAHU kita
IDENTITAS dari ORANG FASIK. Dalam PERJANJIAN BARU JUGA DIJELASKAN dengan
jelas OLEH YESUS IDENTITAS ORANG FASIK SEBAGAI ORANG-ORANG PENERIMA BERITA
DUKACITA atau BERITA CELAKA (Lukas 6:20–26) dan dikonfirmasi tentang kematian Lazarus
pengemis dan kematian orang kaya dan juga diteguhkan oleh tulisan Surat Yakobus
1:9-10.
Dari bacaan-bacaan Alkitab itu dengan jelas hanya
dijelaskan tentang kaya dan miskin dan tidak berkait dengan agama apa pun.
Karenanya Yesus berkata: "Celakalah hai orang kaya….dst”. Di situ tidak
disebutkan berbahagialah orang kaya karena kamu Kristen, atau
berbahagialah orang miskin karena kamu Kristen, sama sekali tidak
ada embel-embel kata lain seperti yang berkembang dewasa ini dengan tafsiran
miskin rohani atau kaya rohani.
Kalau Anda teliti membaca Alkitab maka banyak
ucapan-ucapan Yesus yang harafiah atau letterlijk ditafsirkan oleh para
pemimpin agama atau pakar agama dengan tafsiran-tafsiran agama atau rohani yang
justru melenceng dari yang sebenarnya. Ditafsirkan secara berlawanan atau
paradox. Hal ini sudah diantisipasi oleh Yesus dengan memperingatkan para murid
bahwa ajaran atau ucapan-Nya ini akan diserongkan atau diplintir atau
diputarbalikkan oleh para pemimpin agama sejak saat itu sampai pada masa kini
dengan bermuncullan para penyesat atau nabi-nabi palsu.
Mungkin Anda bertanya-tanya kok judul renungannya
seperti ini? Ibarat disuruh memilih maka kedua kata ini seakan akan
kelihatannya negatif atau buruk untuk dipilih. Nah, justru di sinilah letak
rahasia kebenaran itu akan diungkapkan! Mengapa? Tuhan Yesus berkata, Aku
datang ke dunia ini bukan mencari orang yang benar, tetapi Aku datang untuk
mencari orang yang sesat.
Umumnya mindset atau cara berpikir para pemimpin
agama bahwa yang diartikan dengan kata sesat adalah orang-orang kafir atau orang-orang
yang tidak beragama. Mindset berpikir mereka orang-orang beragama adalah orang-orang
yang ber-Tuhan dengan dalih bahwa mereka telah menguasai pengetahuan tentang
torat atau kitab suci seperti mereka. Sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki
pengetahuan torat atau kitab suci dengan mudahnya mereka menghakimi orang-orang
tsb sebagai orang tidak benar atau orang sesat atau orang kafir. Kekeliruan
pemahaman seperti ini ternyata bukan terjadi pada zaman Yesus saja bahkan
terus meningkat sampai pada zaman ini.
Saudara yang kekasih dalam Kristus, kita hidup di
zaman kebangkitan dari 2 agama besar yaitu Islam dan Kristen yang memiliki akar
sejarah yang sama. Pengaruh atau kekuatan dari 2 agama ini sangatlah besar tetapi
sayangnya mereka mengenal Tuhan hanya berdasarkan pengetahuan Torat
atau Kitab Sucinya. Kitab suci atau Torat adalah buku yang mati tanpa berjumpa
dengan Sang Firman Yang Hidup. Sang Firman Yang Hidup bukan lagi berbentuk gulungan
atua lembaran kertas lagi. Dia sudah menjadi daging atau manusia dalam pribadi
Tuhan Yesus Kristus.
Disinilah ironisnya, Saudara. Para pemimpin agama
itu diberikan karunia mengetahui Kitab Suci atau kekayaan ilmu
pengetahuan, tetapi justru menolak Sang Kebenaran itu. Rasul Paulus menguatkan
para pengikut Kristus dengan mengatakan jangan kamu heran bahwa orang-orang
kaya dan pemimpin agama kepada mereka memang diberikan rahasia ilmu
pengetahuan, tetapi berbahagialah kamu, karena padamu diberitahu kunci
rahasia Kerajaan Surga, karena Sang Kebenaran itu yang telah memilih kamu.
Tentu Saudara akan berkata loh kenapa
para pemimpin agama dan orang-orang kaya (fasik) tidak diberitahu? Kalau
begitu Tuhan tidak adil dan pilih kasih? Apa betul Tuhan pilih kasih? Sama
sekali tidak demikian, Saudara, sebab kepada mereka telah diberitahukan
dengan cara indirect melalui perumpamaan atau kiasan, tetapi mereka tetap
bebal.
Paling sedikit ada 2 perumpamaan yang diberikan
Yesus kepada mereka: 1. Perumpamaan Lazarus masuk Surga dan Orang kaya (Fasik)
masuk neraka. 2. Perumpamaan Orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan
Lazarus, Tuhan Yesus sama sekali tidak pernah menjelaskan tentang agama yang
dianut oleh Lazarus dan orang kaya tsb. Dari perumpamaan itu hanya diuraikan 2
status keadaan hidup, yakni yang satu miskin dan yang satu lagi kaya. Kedua-duanya
mati. Yang miskin masuk surga dan yang kaya masuk neraka. Dalam perumpamaan
ini hanya 2 fakta ini yang diajarkan Yesus. Namun sayangnya, fakta penting ini
tidak pernah disampaikan, kalaupun ada yang mengkhotbahkannya, sudah tidak
orisinil lagi karena sudah diplintir dengan tafsiran lain yang sesuai dengan
selera si pemimpin agama dengan tafsiran miskin rohani.
Perumpamaan yang kedua tergambar lebih jelas,
karena dari perumpamaan ini sebagai jawab dari pertanyaan pemimpin agama atau pakar
Kitab Suci yang datang kepada Yesus. Coba anda teliti membacanya, karena dari
perumpamaan itu dikatakan bahwa pemimpin agama atau ahli taurat itu datang
dengan motif untuk mengetes Yesus, karena ia tetap memiliki mindset
sebagai orang beragama yang cerdas dalam pengetahuan agama tentunya dalam
pemikirannya ia adalah orang yang berhak atas Kerajaan Surga. Ia bertanya
apa yang ia harus lakukan untuk mendapatkan kehidupan yang kekal. Lalu, Yesus
menanyakan apa yang diajarkan oleh Kitab Sucinya. Orang itu menjawab dengan
lancar: kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,
dst, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yesus menjawab
bahwa benar katamu, perbuatlah demikian maka engkau akan hidup.
Secara pengetahuan pemimpin agama itu memang
menjawab dengan benar, tapi begitu masuk dalam tataran realitas maka disitulah
terjadi kesenjangan. Karena bagaimana ia dapat mengasihi sesama manusia kalau
ia sebagai pemimpin agama sudah lebih dulu membuat tembok hirarki yang
membedakan status keadaan seseorang. Ada pemimpin, ada bawahan, ada
budak, ada majikan, ada miskin, ada kaya, ada pintar, ada bodoh. Selama jurang
pemisah ini masih ada maka sangatlah mustahil orang bisa mengasihi sama seperti
mereka mengasihi diri sendiri.
Kedatangan Yesus menghapus jurang pemisah itu dengan mengubahnya menjadi manusia baru yang serupa dengan gambar Allah. Dengan adanya jurang pemisah ini manusia tidak lagi sama satu sama lain maka terbentuklah berbagai asosiasi sesuai dengan status mereka. Yang ada adalah SESAMA KAYA, SESAMA PEMIMPIN, SESAMA ROHANIWAN, SESAMA PENGUSAHA DAN SEDERET SESAMA SESAMA LAINNYA. Untuk membenarkan dirinya atu mengukuhkan statusnya sebagai pemimpin agama, maka dalam mindsetnya, sesama yang dimaksud adalah komunitas seagama bukanlah komunitas lain yang tidak seagama atau komunitas kafir, maka pemimpin agama itu bertanya kepada Yesus: SIAPAKAH SESAMAMU MANUSIA?
Yesus menjawabnya. Ia mengambil 2 contoh
SESAMA (komunitas) yang ada pada zaman itu, yaitu SESAMA atau KELOMPOK
atau KOMUNITAS ROHANIWAN seperti para imam dan orang Lewi sebagai sesama pemimpin
ritual atau rohani dan satu lagi SESAMA atau KELOMPOK atau KOMUNITAS ORANG
SAMARIA, yaitu yang dianggap sesat penyembah berhala atau orang tidak seagama
atau orang KAFIR. Karena motif kedatangannya adalah untuk mengetes dan mencari
kesalahan Yesus yang berujung pada pembunuhan terhadap Yesus di kayu salib,
maka para pemimpin agama itu tetap tidak menerima ajaran Yesus, yang
justru merupakan kunci rahasia Kerajaan Surga.
Saudaraku yang kekasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Dewasa ini dunia ke agamaan termasuk agama Kristen mengalami kebangkitan dimana gedung gereja dengan kekuatan uang dapat dibangun sangat megah seperti istana. Kalau kita coba melihat isi dalamnya, maka kita melihat bermacam-macam orang yang ada di dalamnya: ada kelompok kaya dan ada kelompok miskin. Apakah mereka bisa menyatu, Saudara? Memang secara ritual seolah-olah mereka menyatu, tetapi secara faktual mereka tetap terpisah oleh status kedudukan mereka, bak air dengan minyak yang tidak dapat bersatu. Namun secara ritual atau agamawi dengan fasih mereka mengatakan telah mempraktekan ajaran Yesus MENGASIHI SESAMA SEPERTI MENGASIHI DIRI SENDIRI. AKAN TETAPI ANTARA YANG RITUAL DENGAN YANG ACTUAL (FAKTUAL) TIDAKLAH SAMA. MENGAPA DEMIKIAN? KARENA ORANG KRISTEN TAHU MENGUCAPKANNYA, TAPI TIDAK MENGETAHUI ARTI SESUNGGUHNYA DARI KATA MENGASIHI SESAMA MANUSIA.
Pemimpin agama yang datang kepada Yesus, justru
menanyakan pertanyaan ini: Siapakah Sesama Manusia? Berarti Ia sendiri tidak
tahu artinya, Ia sangat fasih membaca ayat ayat itu, sangat fasih
mengkhotbahkannya, tapi dalam tataran pelaksanaannya Ia tidak tahu caranya.
Melalui tulisan ini kembali saya menyerukan kepada kolega kolegaku, yang
mengaku diri sebagai hamba hamba Tuhan dengan berbagai sebutan, pendeta,
pastur, tua tua dan sebutan lainnya: Wahai sobat mari kita sama sama melakukan
self correction, apakah kita juga sama dengan pemimpin agama itu, hanya fasih
mengucapkannya, fasih mengkhotbahkannya. Tapi sesungguhnya kita tidak melakukan
apa yang kita ucapkan disebabkan karena memang kita tidak mengerti
atau kita memang sengaja tidak mau mengerti? Dewasa ini kata mengasihi
sesama bagi orang Kristen bukanlah suatu ajaran yang baru, tapi sayangnya
karena mudah mengucapkannya akhirnya orang Kristen tidak mau peduli akan makna
sesungguhnya dari kata mengasihi SESAMA. Mengucapkan Mengasihi Sesama
Manusia tanpa mengetahui maknanya merupakan basa basi belaka.
ARTI KATA MENGASIHI SESAMA MANUSIA TIDAK SAMA
DENGAN ARTI KATA SESAMA ORANG. Jawaban Yesus atas pertanyaan pemimpin agama itu
dengan jelas mengkonfirmasi bahwa SESAMA MANUSIA BUKANLAH SESAMA ORANG! Karena
ajaran agamawi yang telah berkembang sejak zaman Yesus sampai zaman sekarang
tetap memelihara kekelruan yang sama, mereka mentafsirkan bahwa Sesama Manusia
adalah berarti sesama satu agama. Dan bagi orang-orang yang
universalis mengartikannya sebagai SESAMA ORANG.Manakah arti SESAMA MENURUT
YESUS? Apakah mengikuti faham universalis atau faham agama?
Tuhan Yesus mengartikan kata SESAMA MANUSIA DALAM DIMENSI YANG BERBEDA. Kalau orang-orang di dunia ini menilai sesamanya berdasarkan dimensi lahiriah yang bersifat penampilan luar, tetapi Yesus menilai sesama manusia dari aspek batiniah, sebab itu ajaran dunia ini dengan ajaran Yesus tidaklah sama alias tidak nyambung. Alkitab mengatakan bahwa ada 2 manusia dalam pribadi seorang manusia, yaitu terdiri dari manusia batiniah dan manusia lahiriah. Dan sejatinya manusia adalah manusia batiniah yang tidak pernah mati dia hidup terus. Sedangkan manusia lahiriah adalah pembungkus atau packagingnya yang akan rusak atau habis di makan waktu. Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan manusia batiniah dan memberikan pembungkus baru atau jubah baru.
Apakah ciri ciri manusia batiniah yang dipilih Yesus? Manusia yang menyadari dirinya sudah berdosa atau sudah rusak dan memohon belas kasihan Allah di dalam Tuhan Yesus. Orang-orang yang demikian akan rela melepaskan bungkusan atau packaging lahiriah yang nampak indah menurut dunia tapi di mata Allah bagaikan borok-borok kusta yang perlu disembuhkan. Bahkan Yesus pernah menghardik para pemimpin agama dengan kata kata sbb: Hai kamu orang-orang munafik, engkau di luarnya bagus seperti nisan kuburan, tetapi di dalamnya merupakan tulang belulang yang membusuk. Semua itu hanya dapat dilihat oleh mata batiniah bukan oleh mata lahiriah yang telah dibutakan oleh Iblis. Dari uraian ini apakah anda sudah dapat membedakan arti kata fasik dengan arti kata kafir?
Dari artikel ini ada beberapa hal penting yang
perlu saudara catat. Pertama, bahwa
Tuhan bukanlah sesuatu objek atau barang komodity yang dapat dimiliki atau dimonopoli,
karenanya Tuhan tidak bisa dibeli oleh apapun, agama, charity, perbuatan baik
tidak bisa membeli Tuhan. Sebaliknya, Tuhanlah yang memilih orang pilihan-Nya
tanda kutip justru Dialah yang membeli atau menebus orang-orang pilihan-Nya,
perhatikan di sini ada kata orang-orang pilihan berarti tidak semua orang
adalah SESAMA yang dimaksud Yesus, dan ini tergambar jelas dari
perumpamaan orang Samaria yang murah hati.
Dari 2 pilihan sesama di perumpamaan ini,
ternyata Yesus menggunakan dimensi batiniah dalam memilih di mana
berbanding terbalik dengan dimensi lahiriah. Yesus memilih orang Samaria
yang notabene dianggap KAFIR oleh orang-orang beragama. Alkitab
mengatakan Yang Terdahulu menjadi yang terkemudian, dan yang terkemudian
menjadi yang terdahulu. Tuhan Yesus pun menyatakan di depan pemuka agama itu
bahwa kelak perempuan pelacur dan pemungut cukai, yang distigmakan sebagai
orang kafir akan mendahului mereka masuk surga.
Apa tujuan Yesus memberi peringatan ini? Dari
peringatan ini Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa mengetahui TORAT atau KITAB
SUCI atau ALKITAB tidak akan berdampak apa apa tanpa bertemu dengan Kristus,
lalu bersedia menjadi pengikutNya. Sebaliknya, orang-orang kafir mereka tidak
mengenal pengetahuan tentang Torat atau Firman, tetapi setelah bertemu dengan
Sang Firman (Torat yang telah menjadi manusia) mereka langsung meninggalkan
hidup lamanya dan mengikut Yesus. Apakah anda sudah bisa melihat perbedaan
antara Orang Kafir dengan Orang Fasik?
Saudara Keselamatan kekal ternyata ditentukan oleh 2 respon yaitu: Mengikut Yesus (Menerima) atau Menolak Yesus (Tidak Mengikut Yesus). Namun sayangnya kekeliruan besar yang terjadi dewasa ini bahwa Menerima atau menolak Yesus diindentikan dengan ikut agama Kristen atau tidak ikut agama Kristen, sebab itu tidaklah mengherankan kalau para imam menjadi besar kepala dan bebal, karena sesungguhnya mereka itu bukanlah komunitas sesama yang dipilih Yesus, justru merekalah yang perlu bertobat tanda kutip. Merekalah yang diingatkan oleh Yesus sebagai yang terkemudian tergantikan oleh orang-orang yang dianggap kafir yang tidak memiliki pengetahuan agama.
Mengapa orang kafir yang dipilih Yesus? Karena
orang kafir tidak menolak Yesus. Bagaimana orang Kafir bisa menolak
Yesus, kalau mereka tidak mengenal-Nya? Sebab itulah Yesus datang sendiri
memperkenalkan diri-Nya. Jadi, keselamatan adalah inisiatif Allah sendiri.
Bukan inisiatif manusia. Yang diminta dari manusia adalah meresponnya; menerima
jadi pengikut-Nya atau menolaknya.
Sedangkan orang fasik adalah kebalikannya adalah orang-orang beragama yang merasa diri benar atau merasa diri otomatis sudah selamat, merasa sudah memiliki Torat tanda kutip memonopoli Tuhan, tetapi pada hakikatnya menolak menjadi pengikut Kristus. Mereka mengenal Tuhan secara ritual agamawi tapi menolak kemanusiaan Kristus yang diam diantara komunitas orang-orang pilihan-Nya. Orang Fasik adalah orang-orang serakah apapun agamanya dan menolak melepaskan dunia dengan berbagai keinginannya, sebagai syarat menjadi pengikut Kristus.
Kiranya tulisan ini memberikan pencerahan dan saya
menyadari akan adanya pro kontra atas tulisan ini. Namun sebagai hamba Kristus
saya harus menyampaikan kebenaran ini apa adanya dan bagian dari tugas
Injili pengikut Kristus. Amin. ***
Shalom,
BalasHapusDear Ev.Andreas Gunawan...,
Puji Tuhan...Atas Ulasan Kabar Baik-NYA.
Tetaplah Kuat & Jangan Goyah didalam Pelayanan Kabar Baik-NYA, Hingga MARANATHA.
GBu n UR Family.
IMMANUEL.
sapa yang untung dank hahahahhaha kidding kawan...:)
BalasHapusPak Andereas jawab tuhh,
Hapussiapa yang untung hehehe
Thanks yaa :-)
dari stmik adhiguna ya??
BalasHapussekolahnya kok tdk punya website sendiri? katanya sekolah komputer, tapi tdk bisa bikin website. Kualitas stmik adhiguna dipertanyakan !!! mungkin karena berada di daerah tertinggal kali ya?
@arin2012
HapusBicara sama siapa bro? ^_^
Tkasih
BalasHapusSma-sma ...
HapusPenjelasan yg baik . Terus majau dlm pelayanan brother Andreas Tuhan pasti menyertai brother Gbu
BalasHapus