Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Kekuatan Besar yang Dipertuhan Manusia Masa Kini | Bagian 2

(Siapakah AntiKris Zaman Ini?) 

Serie 2

Markus 10 : 23 – 25 ---  10:23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." 10:24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. 10:25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Markus 10 : 28 - 31 --- 10:28 Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" 10:29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, 10:30 orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. 10:31 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." 

Pada  bagian pertama seri renungan ini telah diuraikan bahwa ada 4 kekuatan besar yang diper-tuhan oleh manusia pada masa kini yakni: 1. Kekuatan besar IPTEK 2. Kekuatan besar nafkah (ekonomi) 3. Kekuatan politik 4. Kekuatan agama. Pada serie 1 telah dijelaskan secara singkat tentang kekuatan yang pertama, yaitu kekuatan iptek (Ilmu Pengetahuan). Selanjutnya saudara, kita akan membahas  tentang kekuatan besar yang kedua, yaitu kekuatan nafkah atau dapat disebut juga sebagai kekuatan ekonomi.

2. KEKUATAN NAFKAH (EKONOMI)

Kekuatan nafkah merupakan suatu kekuatan yang berpengaruh dan berkuasa. Tidak kalah berkuasanya dari kekuatan yang pertama (kekuatan iptek).  Kekuatan nafkah/ekonomi adalah kekuatan yang  sangat penting dan menjadi pusat perhatian manusia karena ini merupakan urusan perut (urusan makan dan minum). Kekuatan nafkah/ekonomi ini  juga memiliki imam (pemimpin) dari tingkat  terendah sampai tingkat yang tertinggi. Siapakah pemimpin nafkah/ekonomi dalam tingkat yang terendah?

Sudah menjadi kelaziman di dunia ini bahwa seorang suami adalah kepala/pemimpin (imam) dalam keluarga. Dengan demikian pertanyaan siapakah pemimpin ekonomi dalam hirarki atau tingkatan terendah sudah terjawab yakni para suami atau kepala keluarga. Para suami adalah pencari nafkah atau disebut juga sebagai tulang punggung  suatu keluarga.

Mayoritas manusia di dunia ini masuk dalam hirarki ini. Dalam pandangan dunia adalah hina dan tercela bila seorang imam dalam keluarga atau kepala keluarga tidak bekerja mencari nafkah/uang. Dan sebaliknya, alangkah terpujinya seorang  imam (kepala) dalam keluarga kalau ia pintar dalam mencari nafkah karena di sinilah letak harga diri seseorang. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan  kalau  orang tidak tertarik mengikut Yesus apalagi bekerja untuk Yesus.

Ada sebuah lagu rohani yang syairnya berkata: "kerja buat Tuhan terlalu manise, biarpun tanpa gaji...dst". Orang Kristen kerapkali menyanyikannya tapi dalam praktiknya,yang dinyanyikan dengan yang dilakukan, sangatlah berlawanan! Belum lagi sebuah lagu rohani lainnya yang syairnya berbunyi demikian: "saya mau iring Yesus, meski  miskin dan menderita dalam dunia…dst". Yang terjadi justru kebalikannya. Manusia begitu munafik. Yang terucap dengan fakta adalah sangat jauh berbeda (kelakuan Farisi/pemimpin agama pernah dikecam oleh Yesus karena berperilaku seperti itu). Kelakuan Farisi modern zaman sekarang pun tidak kalah durhakanya terhadap Yesus. Namun, orang Kristen berlaku cuek atau masabodoh terhadap tawaran Yesus untuk bekerja melayani-Nya.

Sekarang ini sudah terbangun asumsi bahwa yang namanya melayani Yesus itu dikhususkan untuk para pendeta, majelis gereja, dan aktivis yang aktif dalam kegiatan ritual gerejawi. Mereka berkata: Biarlah, kami 'kan bisa mendukung mereka dalam bentuk kehadiran kami di gedung gereja, memberi persembahan, persepuluhan, dan menjalankan kegiatan ritual. Untuk urusan lainnya biarlah para pendeta, majelis gereja, para aktivis yang mewakilinya. Mereka ada 'kan untuk melayani kami anggota jemaatnya. Bukankah ini  tidak ubahnya seperti  bekerja di sebuah perusahaan yang  melayani karyawan dan nasabahnya?

Pertanyaannya sekarang, apakah melayani, bekerja untuk Yesus, sama seperti itu? Tentu saja tidak seperti  itu, Saudara! Mengikut  Yesus justru kebalikannya. Setiap orang harus rela melepaskan harga dirinya bahkan menjadi hina. Bukan memperoleh pujian manusia. Manusia lebih memilih melayani kegiatan keagamaan. Patuh pada pemimpin agama atau Farisi modern zaman ini ketimbang  mengikut dan melayani Yesus karena mereka lebih aspiratif terhadap keinginan manusia. Mengikut Yesus secara letterlijk dianggap berlawanan dengan aspirasi mereka, bahwa pengikut Yesus adalah orang-orang hina, tidak punya harga diri, sangat memalukan, bisa-bisa dianggap sesat dan gila. Hal ini juga pernah dialami oleh Yesus. Perjanjian Baru mencatat, manusia  menolak Yesus. Ia  dikucilkan, mau dilempar batu, dihina, dan dianiaya. Mereka menghina Yesus dan menyebut-Nya sebagai orang gila.

Selanjutnya, siapakah pemimpin nafkah/ekonomi dalam tingkat yang tinggi? Di kitab Wahyu dicatat tentang kebinasaan dari para pedagang atau pebisnis atau pengusaha. Mereka masuk dalam kategori pemimpin nafkah/ekonomi dalam tingkat yang tinggi. Juga tentang kehancuran dari suatu negara yang paling banyak sumber ekonominya (negara kaya). Merekalah yang masuk dalam kategori pemimpin ekonomi yang tertinggi.

Kalau kita  mau merefleksi diri, bukankah negara miskin mengharapkan bantuan dan mengabdi pada negara kaya (pemimpin ekonomi dunia)? Bukankah para suami pemimpin ekonomi terendah juga mengabdi pada para pengusaha sebagai pemimpin nafkah yang lebih tinggi? Bukankah hal ini merupakan kenyataan bahwa manusia menggantungkan hidup pada kekuatan nafkah dari tingkat yang terendah sampai pada tingkat yang tertinggi? Inilah suatu realitas yang ada di dunia ini. 

Dalam kehidupan ritual, kelihatannya manusia mencari Tuhan, tetapi pada praktik hidup sehari-hari manusia menggantungkan diri pada kekuatan nafkah/uang. Maka, ajaran Tuhan Yesus untuk bekerja melayani-Nya dan meninggalkan nafkah/pekerjaan dipandang tidak konstektual, dianggap sebagai ajaran orang yang tidak waras. Itulah faktanya. Yesus ditolak, Yesus dihina! Manusia lebih memilih dunia ini ketimbang memilih Yesus Sang Juruselamat. Mereka baru mau ikut Yesus kalau syarat lahir baru yang diminta Yesus bisa dikompromikan. Dalam Alkitab mengungkapkan dengan jelas orang-orang yang urung mengikut Yesus ketika Yesus menolak berkompromi dengan orang-orang yang menggunakan alasan untuk mengurusi ladangnya atau bisnisnya lebih dulu baru mereka mau mengikut Yesus.

Banyak argument yang dewasa ini dipakai orang untuk tetap mempertahankan nafkahnya, dan umumnya imam-imam modern justru melegalkan argument tsb dan mengeruk keuntungan dari pengajarannya itu. Argumen-argument itu antara lain adalah asal jadi orang baik-baik, suka beramal. Orang Kristen justru harus kaya supaya bisa menolong orang sebab itu diperlukan nafkah/uang, orang Kristen harus berhikmat, jangan bodoh mengikuti bulat-bulat perkataan Yesus! Inilah beberapa argument. Kelihatannya bagus apalagi dibungkus dengan bahasa rohani.

Apa betul argument argument itu, Saudara? Selaku hamba Kristus, dengan tegas saya mau katakan bahwa argument itu tidaklah benar! Argumen-argument itu adalah bukti seseorang menolak Kristus dan dosa menolak Kristus tidak ada ampunnya. Dosa-dosa lain umumnya terjadi antar manusia dan itu bisa diampuni kalau seseorang mau bertobat dan tidak mengulanginya. Akan tetapi, dosa menolak Kristus tidak terampunkan (dosa menolak Roh Kudus). Setelah dimuliakan Yesus bukanlah manusia biasa Dia adalah wujud kepenuhan Allah, hadirat Allah. Saya mau katakan di sini itulah beratnya mengikut Yesus. Perlu penyangkalan diri atau pengosongan diri dari keinginan dunia ini. Sungguh tidak populer!

Tuhan Yesus selalu berterus terang kepada setiap orang yang mau jadi pengikut-Nya bahwa risiko mengikut Yesus adalah engkau akan dihina. Harus berani menerima malu. Sebab itu, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa barangsiapa malu mengikut Yesus, maka Yesus pun malu mengakuinya dihadapan Bapa-Nya kelak. Namun, berbahagialah orang yang karena mengikut Aku engkau  ditolak, dihina, dan dikucilkan bahkan dianiaya dan dibunuh karena upahmu besar di surga. Mengikut Yesus  adalah pengabdian penuh atau pekerjaan penuh waktu (Full Time).

Dan, patut diingat bahwa pekerjaan mengikut Yesus bukanlah pekerjaan ritual (agama), tetapi merupakan pekerjaan yang nyata. 100% nyata, bukan 50% ritual dan 50% faktual (nyata). Itulah beratnya mengikut Yesus, karena mengerjakan pekerjaan nyata/faktual 100% tapi tanpa gaji. Jauh berbeda dengan pekerjaan nyata dan lainnya, karena upah dari pekerjaannya adalah gaji/uang. Sedangkan pekerjaan mengikut Yesus adalah tanpa gaji, tapi Yesus menjanjikan upah-Nya yang jauh lebih berharga yaitu suatu kehidupan kekal. 

Lalu, bagaimanakah sikap kita mengenai masalah perut? Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita tentang Doa Bapa Kami, yang antara lain berisi kata-kata: "Berilah kepada kami, makanan kami yang secukupnya". Arti kata "secukupnya" bukanlah berarti suatu kemapanan tetapi makna yang terkandung adalah bermakna hidup seperlunya. Karena doa itu dilanjutkan dengan kata kata: Biarlah kesusahan sehari cukuplah sehari. Berarti sehari saja dan tidak bergantung pada tabungan atau deposito, tapi hidup bergantung pada pemeliharaan Tuhan

Apakah dengan mengikut Yesus kita diajarkan jadi pemalas? Sama sekali tidak, Saudara! Karena pekerjaan  yang dikerjakan Yesus adalah pekerjaan faktual. Bukan pekerjaan ritual, melainkan pekerjaan sungguhan yang harus dikerjakan dengan lebih rajin. Lalu, darimana uang untuk membiayai  hidup? Yohanes Pembaptis mengatakan: hasilkanlah dari buah buah pertobatanmu. Salah satu dari tulisan Rasul Paulus juga mengatakan: memberi dari apa yang ada padamu dan bukan dari apa yang tidak ada padamu, dan cukupkanlah hidupmu dari apa yang ada padamu.

Marilah kita kembali merefleksi diri, bahwa pada waktu sebelum Anda  bertobat dalam pertobatan lahir baru, hidup kita menimbun harta sebanyak-banyaknya sehingga kita selalu merasa kurang dan merasa kurang banyak untuk memiliki dan menyimpan atau menimbun. Namun, setelah bertobat seharusnya kita harus merubah orientasi hidup kita dari orientasi hidup menyimpan atau memiliki atau menimbun menjadi orientasi hidup yang baru seperti yang  telah diteladankan oleh Tuhan Yesus menjadi orientasi hidup melepaskan hak milik kita atau mengosongkan diri. Ini bisa terjadi kalau ada penyangkalan diri melalui pertobatan lahir baru.

Orientasi hidup seperti Yesus juga telah diteladani oleh rasul Paulus. Rasul Paulus mengatakan bahwa biarlah aku semakin berkurang-kurang tetapi bertambah-tambah dalam Kristus. Menjadi serupa dengan Yesus, itulah orientasi hidup Paulus setelah ia bertobat. Kepada murid-murid-Nya Yesus pernah mengingatkan untuk tidak bekerja pada 2 majikan: Tuhan dan Mamon. Kristus meminta pada murid-Nya untuk memilih salah satu. Kalau tidak, maka akan terjadi conflict of interest (benturan kepentingan). Kalau memilih mammon harus bekerja sepenuh waktu untuk Mamon (tidak boleh separuh-separuh). Begitu pula sebaliknya, kalau memilih Kristus. Siapakah Mr. Mamon itu? Mamon adalah nama lain dari Uang (Nafkah). 

Tadi sudah dipaparkan siapa saja pemimpin nafkah/ekonomi di dunia ini, yakni para kepala keluarga atau para suami pencari nafkah untuk hirarki pemimpin nafkah terendah, dan para pengusaha atau pemberi nafkah untuk pemimpin nafkah untuk hirarki yang lebih tinggi, dan pemimpin ekonomi dunia yakni suatu negara kaya dan besar di dunia ini. Para pemimpin nafkah ekonomi ini mempunyai kekuatan yang sangat besar dan berpengaruh, karena dengan kekuatan uang/ekonomi mereka, mereka dapat mengarahkan dan memengaruhi 3 kekuatan besar lainnya. Bukankah suatu fakta yang sudah terjadi zaman sekarang ini dimana para pengusaha (imam di bidang ekonomi) telah berkolaborasi dengan para pemimpin politik (pemimpin negara) dan pemimpin agama, mengatur pemerintahan dunia ini? 

Rasul Paulus dalam surat surat kirimannya kepada Timotius menubuatkan bahwa pada akhir zaman banyak orang akan cinta uang dan memper-tuhankan perut (urusan nafkah atau urusan makan minum). Dan sekarang ini, kalau kita cermat mempelajarinya, maka apa yang sudah dinubuatkan Rasul Paulus itu telah menjadi kenyataan. Sebab itu Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa akar atau biang keladi kejahatan adalah uang. Inipun suatu fakta! 

Selanjutnya marilah kita menantikan seri ke-3 untuk membahas 2 kekuatan besar lainnya, yakni  kekuatan politik dan kekuatan agama. Kiranya Anda tetap mengikutinya dengan seksama. Amin. *** 

By. Ev. Andereas Dermawan

◄|| Previous: Bagian 1
Next: Bagian 3, End ||►

Posting Komentar untuk "4 Kekuatan Besar yang Dipertuhan Manusia Masa Kini | Bagian 2"