Orang Kaya yang Bodoh Lukas 12:13-21 | Bagian 2
Perumpamaan 'Orang Kaya yang Bodoh'
Mari kita mulai mengejar pengertian tentang ketamakan dengan memperhatikan perumpamaan Tuhan Yesus tentang hal ini (ayat 16-19).
Ada seorang kaya, yang sudah kaya lagi beroleh hasil panen gandum yang berlimpah-limpah dari tanah pertaniannya (16). Sejurus orang kaya itu bertanya pada dirinya sendiri: “Apakah yang harus aku perbuat ….?" (17), maksudnya: apa yang ia harus lakukan dengan gandum-gandum itu sebab tidak ada lagi tempat untuk menyimpannya. Ia sudah punya “lumbung-lumbung” (18), jamak, berarti jumlah lumbung (tempat menyimpan hasil panen pertanian) yang ia punya sudah lebih dari satu. Lumbung yang sudah banyak itu ternyata tidak cukup untuk menyimpan hasil panen yang baru dan melimpah ruah itu. “Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat …”. Ia mulai merencanakan untuk merombak semua lumbung yang sudah ada serta membangun lumbung-lumbung yang baru dengan ukuran yang lebih besar supaya bukan saja semua gandumnya tersimpan di situ tetapi juga segala harta bendanya (18). Membayangkan rencananya itu sudah terwujud, orang kaya itu melanjutkan lagi hayalannya, “Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (19). Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Ada orang yang segera menanggapi perumpamaan Yesus ini: “Apa sih yang dipersoalkan pada cerita orang kaya ini? Bukankah adalah hal yang wajar jika orang kaya itu merencakan untuk mempersiapkan tempat yang dapat menampung seluruh hasil panennya? Gandum-gandumnya ‘kan perlu tempat. Tidak mungkin dibiarkan terkena panas dan hujan, sebab jika demikian gandum-gandumnya akan rusak dan tak berguna.
(20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.
Pengkhotbah 5:18 Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya -- juga itu pun karunia Allah.
Kejadian 13:2 Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.
Kejadian 26:13 Dan orang itu [Ishak, red] menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.
Rut 2:1 Naomi itu mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas.
I Raja-raja 10:23; 2 Tawarikh 9:22 Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat.
II Tawarikh 32:27 Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar. Ia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai dan segala macam barang yang indah-indah.
Ayub 1:3 Ia [Ayub, red] memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.
Matius 27:57 Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga.
Lukas 19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
Seorang yang begitu sendirian.
Hanya ada satu tokoh dalam kisah perumpamaan ini, yakni seorang yang kaya dan yang semakin kaya oleh hasil panen gandumnya yang melimpah ruah. Seorang diri ia merancang pengaturan atas harta kekayaannya. Tidak ada tokoh lain. Hanya orang yang kaya itu sendiri. Tidak ada tokoh isteri ataupun anak-anak. Tidak ada tokoh-tokoh seperti para hamba atau petani-petani pekerja ladang gandum atau tukang-tukang bangunan meski kita tahu bahwa tidaklah mungkin orang kaya itu seorang diri saja mengerjakan ladang gandumnya dan me-rekonstruksi lumbung-lumbungnya yang baru dengan ukuran yang lebih besar.
Lalu, mengapa Yesus tidak menganggap perlu menyertakan tokoh-tokoh lain dalam perumpamaan ini? Saya mempelajari, pertama: karena Yesus tidak sedang bicara soal warisan atau pembagian warisan yang memerlukan tokoh pihak ketiga sebagai ahli waris. Kedua: perumpamaan ini tidak mempersoalkan kekayaan seseorang serta bagaimana ia mendapatkannya. Ketiga: dengan tidak adanya tokoh lain selain orang yang kaya ini, maka baik pendengar maupun pembaca dapat melihat dengan jelas 'betapa sendiriannya orang itu'. Ini akan menjadi jelas pada telusuran kita selanjutnya.‘Aku’, ‘Aku’ dan ‘Aku'.
Hartaku adalah milikku dan untukku.
Lihatlah, bagaimana orang kaya ini merancangkan suatu kerja keras untuk menyimpan seluruh harta kekayaannya bagi dirinya sendiri sekalipun demi hal itu ia harus mengeluarkan biaya yang besar guna merombak lumbung-lumbungnya yang lama dan membangunnya kembali dengan ukuran yang lebih besar.
(18) "Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku."
(19) "Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!"
Sisipan:
Sedikit catatan perbedaaannya dengan orang yang kikir atau pelit. Sekalipun “bersaudara kandung” dengan jenis manusia yang sedang kita bicarakan di sini, namun orang yang kikir atau pelit punya karakternya sendiri. Mata hati orang yang kikir tidak selalu buta melihat orang lain, walaupun cenderung rabun. Sesekali ia dapat jelas melihat orang lain, namun itu pun dengan penuh pertimbangan dan perhitungan yang ketat. Dasar pemikiran orang yang kikir atau pelit adalah penghematan, yang umumnya kuat didorong oleh kekuatiran.Sedangkan manusia serupa Si Kaya ini tidak memperhitungkan apapun asalkan itu demi dirinya sendiri. Ia dapat memboroskan hartanya untuk apapun juga asalkan pemborosan itu digunakan untuk menyenangkan dirinya pula. Sedangkan orang yang kikir atau pelit cenderung kikir dan pelit pula bagi dirinya sendiri. Ia bahkan bisa “menyiksa dirinya sendiri” demi penghematan.
Sudah Memiliki, Meminta.
Ada pula manusia jenis Si Kaya ini yang ketamakannya lebih ekstrim lagi, yakni mempertahankan atau menyimpan sesuatu yang menjadi miliknya dengan rapat dan aman, lalu meminta kepada orang lain atau mengambil dari orang lain sesuatu yang sama persis seperti yang sudah dimilikinya. Ia menyimpan bagiannya lalu meminta bagian orang lain. Ini kita temukan pada diri orang yang mengajukan permintaannya kepada Yesus.(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
Ambisi Hawa Nafsu
Kita sudah lihat bagaimana Si Kaya ini mau melakukan apapun demi mengamankan kekayaannya bagi dirinya sendiri. Dengan tidak memperhitungkan banyak hal ia berencana untuk membongkar semua lumbungnya yang lama dan membangun lumbung-lumbung yang baru dengan ukuran yang lebih besar.1 Timotius 6:9-10 (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Bukan soal warisan
Berbeda bila pertanyaan ini ditujukan kepada seseorang yang sudah berkeluarga. Orang yang sudah berkeluarga akan menjawab, “Untuk aku dan keluargaku (isteri/suami, anak dan cucu)”. Kalau ia adalah seorang yang tidak menikah, mungkin ia akan menyebutkan salah satu dari kaum keluarganya yang masih ada. Bila hanya ia yang tersisa dari kelompok kaum keluarganya, orang itu akan menyebut kerabat dekatnya. Jika tidak, mau tidak mau ia akan menyebutkan salah satu dari orang-orang yang dipekerjakannya di ladang atau di rumahnya, dan seterusnya.
Matius 5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Matius 22:36-40 (36) "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."Roma 13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.Lukas 16:16 Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.
Ibrani 9:17 Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.
Ketamakan
Di sini Yesus sedang membidik salah satu sikap hati manusia terhadap kekayaan atau terhadap segala materi/benda yang ia punya, yakni hati yang tamak. Sikap hati yang tamak adalah sikap hati manusia yang tertutup rapat bagi orang lain untuk dapat menerima sesuatu dari milik kepunyaannya. Sikap hati yang tamak melahirkan perbuatan-perbuatan ketamakan yang antara lain kita temukan pada tokoh Si Kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus, yakni mengumpulkan hartanya bagi dirinya sendiri, dan juga pada diri orang yang mengajukan permintaannya kepada Yesus, yakni meminta atau mengingini sesuatu dari orang lain padahal ia sendiri sudah memiliki apa yang hendak dimintanya atau diingininya dari orang lain itu. Kita menyebut ini ‘serakah’.◄||Bagian I | Bagian III ||►
|
Posting Komentar untuk "Orang Kaya yang Bodoh Lukas 12:13-21 | Bagian 2"