Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bila Menjadi Marah | Mazmur 4:5

HEP

MAZMUR 4:5
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.

Hindari membuat suatu keputusan di saat sedang marah. Juga, amat disarankan untuk tidak mengambil tindakan di saat panas hati. Hal itu bisa menjadi tindakan yang tidak tepat, keliru, bahkan salah. Tindakan itu dapat menjadi tindakan bersayap dimana oleh aksi tersebut timbul masalah lainnya.

Potifar mengambil tindakan terhadap Yusuf setelah “baru saja” mendengarkan pengaduan palsu dari isterinya. Pengaduan itu membangkitkan amarah Potifar. Ia memenjarakan orang yang tidak bersalah! >>> 39:19 Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya. 39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana. (Kej)

Berusahalah untuk menahan diri dan tetap diam! Kata-kata yang terucap di kala hati kita sedang membara oleh amarah dapat menjadi bumerang yang mendosakan diri sendiri entah itu kata-kata kotor, caci-maki, penghakiman, pengungkitan kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan, dan lain-lain.

Hikmat Salomo berkata, itu adalah kebodohan. >>> 10:12b Bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri. 10:13 Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan. (Pkh) >>> Mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam. (Ams 10:14) >>> Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya. (Ams 14:3)

Bahkan, bila benar-benar bodoh tetapi ingin disangka bijak, diamlah! >>> Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya. (Ams 17:28) >>> Orang bijak dipelihara oleh bibirnya. (Ams 14:3b)

Masuklah ke kamar tidur. Kuncilah pintu lalu marahlah di dalam hati! Hah?! Ya, mungkin Anda akan heran dengan pernyataan ini. Yang dimaksudkan di sini ialah BELAJARLAH JUJUR DI HADAPAN TUHAN dalam doamu.

Biasanya isi doa adalah kalimat pujian dan pengagungan yang tersusun indah bagaikan syair sang pujangga, ada ringkasan terima kasih dan ucapan syukur yang secukupnya, pengakuan dosa yang tidak jelas, rangkaian 1001 permohonan ditutup dengan hafalan Doa Bapa Kami yang buru-buru ingin segera di-amin-kan.

Betapa sering kita terjebak dalam patokan standar isi suatu doa tetapi kehilangan kontak hati secara pribadi dengan Dia, yang kepada-Nya doa itu dipanjatkan.

Di antara semua bentuk relasi antara seorang umat dan Tuhannya, doa adalah satu-satunya relasi yang memberi ruang yang “amat sangat” pribadi bagi seseorang kepada Tuhannya. Mengapa? >>> Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (Mat 12:34b)

Hulu sungai doa adalah hati. Hati adalah ruang yang paling rahasia yang ada di dalam dunia ini. Tak satupun dapat mengetahuinya kecuali dia dan Tuhannya. >>> Karena Ia mengetahui rahasia hati! (Mzm 44:22b).

Dan, di mana rahasia itu bertempat, di situ kejujuran berada. >>> 15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: 15:8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. (Mat) >>> 26:23 Seperti pecahan periuk bersalutkan perak, demikianlah bibir manis dengan hati jahat. 26:24 Si pembenci berpura-pura dengan bibirnya, tetapi dalam hati dikandungnya tipu daya. 26:25 Kalau ia ramah, janganlah percaya padanya, karena tujuh kekejian ada dalam hatinya. (Ams)

Bibir dan laku memberi kesan diri, tetapi hati menyatakan siapa diri sesungguhnya. >>> Hati manusia mencerminkan manusia itu. (Ams 27:19b). 

Oleh sebab itulah, hati menjadi pilihan TUHAN dari pada apa yang dapat dilihat oleh mata. >>> Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Sam 16:7)

Akhirnya kita beroleh pengertian maksud dari nasihat pemazmur: “berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu.” (Mzm 4:5). Pemazmur mengarahkan kita ke "ruang pribadi" kita. Pisahkan diri kita dari orang lain, masuk ke kamar tidur, lalu “BERKATA-KATALAH DALAM HATIMU”.

Kamar tidur dengan tempat tidur adalah kategori ruangan pribadi. Dari kamar tidur -- yang sudah bersifat pribadi itu -- pemazmur mengarahkan lagi ke ruang yang LEBIH PRIBADI bahkan SANGAT PRIBADI dan SUNGGUH-SUNGGUH PRIBADI yang ada pada diri setiap manusia, yakni HATI. Di situlah tempat menumpahkan seluruh rasa marah itu. Di ruang yang sangat pribadi itu. Berkata-katalah di situ!

Mengapa di situ (HATI)? Sebab, di situ ada Satu Pribadi yang siap mendengarkan apa saja yang kita ucapkan. >>> Oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu. (Ef 3:17a).

Jadi, sebenarnya apa maksud pemazmur? Maksudnya: bila engaku marah, masuklah ke kamarmu dan BERDOALAH!

Melalui syair pemazmur ini, Allah Bapa menyampaikan kepada kita apa yang harus kita lakukan ketika kita menjadi marah. Bila kita bahasakan kembali, firman ini sedang berkata kepada kita: “Bila engkau marah, datanglah segera kepada-Ku, dan sampaikanlah keluhan marahmu itu kepada-Ku.” Kita ditarik dari dunia yang membuat kita marah itu untuk datang kepada-Nya pada saat itu juga. 

Sudah pernahkah Anda menjawab panggilan-Nya ini? Belum? Mengapa belum? Takut? Sekarang, perhatikanlah beberapa contoh kesaksian Alkitab tentang doa dari orang-orang yang menjawab panggilan-Nya ini:

Yer 15:18 Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.

Mzm 83:2 Ya Allah, janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam diri dan janganlah berpangku tangan, ya Allah.

83:14 Ya Allahku, buatlah mereka seperti dedak yang beterbangan, seperti jerami yang ditiup angin! 83:15 Seperti api yang membakar hutan, dan seperti nyala api yang menghanguskan gunung-gunung, 83:16 kejarlah mereka dengan badai-Mu, dan kejutkanlah mereka dengan puting beliung-Mu; 83:17 penuhilah muka mereka dengan kehinaan, supaya mereka mencari nama-Mu, ya TUHAN! 83:18 Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama-lamanya; biarlah mereka tersipu-sipu dan binasa, 83:19 supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.

Mzm 69:18 Janganlah sembunyikan wajah-Mu kepada hamba-Mu, sebab aku tersesak; segeralah menjawab aku! 69:19 Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuh-musuhku.

69:23 Biarlah jamuan yang di depan mereka menjadi jerat, dan selamatan mereka menjadi perangkap. 69:24 Biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat; buatlah pinggang mereka goyah senantiasa! 69:25 Tumpahkanlah amarah-Mu ke atas mereka, dan biarlah murka-Mu yang menyala-nyala menimpa mereka. 69:26 Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah-kemah mereka tidak ada penghuninya.

69:28 Tambahkanlah salah kepada salah mereka, dan janganlah sampai Engkau membenarkan mereka! 69:29 Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang yang benar!

Mengapa mereka berani mengungkapkan "kekesalan, kekecewaan, kemarahan" dengan kata-kata sejujur itu? Karena mereka yang sudah menjalin hubungan secara pribadi dengan Tuhan dan telah mencapai tahap keakraban/keintiman dengan Dia. Hubungan seperti ini bukan lagi hubungan secara formal.

Dalam relasi dua pribadi, semakin sering dua pribadi ini bertemu, semakin dekat mereka satu sama lain terlebih lagi bila dua pribadi ini telah hidup bersama-sama. Dalam kedekatan dan kebersamaan yang panjang mereka menjadi saling mengenal, saling mengerti, dan saling memahami satu dengan yang lainnya, baik sifat/watak/karakter, tabiat/prilaku, gerak dan bahasa tubuh, maupun kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, serta lain sebagainya.

Demikian halnya dengan Yeremia dan Sang Pemazmur yang isi doa mereka kita kutip di atas. Mereka dapat bicara apa adanya kepada TUHAN karena mereka telah menjalin, membangun dan membina hubungan yang begitu dekat dan intim dengan TUHAN sehingga mereka beroleh pengenalan yang baik akan Dia. Mereka tahu bahwa TUHAN membenci kemunafikan dan tidak mungkin menutupi diri mereka dari kemahatahuan TUHAN.

  • Orang yang mengenal Tuhan tahu bahwa Tuhan adalah Pribadi yang benar-benar tepat untuk mengadu (mengajukan perkara)

Rm 11:2 Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: 11:3 "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."

  • dan mengaduh (menyampaikan keluhan).

1 Sam 7:2 Sejak saat tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim berlalulah waktu yang cukup lama, yakni dua puluh tahun, dan seluruh kaum Israel mengeluh kepada TUHAN.

Mzm 142:2 Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN. 142:3 Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.

  • Orang yang mengenal Tuhan tahu bahwa tidak ada pribadi lain yang benar-benar dapat dipercaya selain Dia.

Mzm 26:1 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu.

2Tim 1:12 Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.

  • Orang yang mengenal Tuhan tahu bahwa tidak ada pribadi yang dengan tepat mengerti siapa dirinya atau yang paling memaklumi dirinya selain Dia.

Mzm 139:1 Engkau menyelidiki dan mengenal aku; 139:2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 139:3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. 139:4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.

Tuhan tahu, mengerti dan merasakan apa yang kita rasakan. Ia bukan allah yang mati seperti allah-allahan buatan tangan manusia atau allah-allah lain yang tidak jelas pribadinya. Ia adalah Allah dan Tuhan yang hidup. Pribadi yang benar-benar punya hati! Oleg sebab itu, Ia tahu bahkan lebih tahu setiap detail dari rasa hati kita.

Ul 32:21a Mereka membangkitkan cemburu-Ku dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka.

Yer 31:20 Anak kesayangankah gerangan Efraim bagi-Ku atau anak kesukaan? Sebab setiap kali Aku menghardik dia, tak putus-putusnya Aku terkenang kepadanya; sebab itu hati-Ku terharu terhadap dia; tak dapat tidak Aku akan menyayanginya, demikianlah firman TUHAN.

Yeh 5:13 Aku akan melampiaskan murka-Ku kepada mereka, sehingga hati-Ku yang panas tenang kembali dan Aku merasa puas; dan mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN yang mengatakannya di dalam cemburu-Ku, tatkala Aku melampiaskan amarah-Ku kepada mereka.

Mat 15:32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan."

Mat 26:38 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."

Luk 12:50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!

  • Orang yang mengenal Tuhan tahu benar bahwa Allah itu Kudus.

1 Sam 2:2 Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.

  • Namun,  orang yang mengenal Tuhan juga tahu bahwa Allah itu Kasih.

1Yoh 4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. 4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Karena kasih-Nyalah di dalam Yesus Kristus Anak-Nya yang tunggal, Ia berkenan menjadi Bapa bagi kita agar kita boleh lebih dekat lagi kepada-Nya.

Yes 63:16 Bukankah Engkau Bapa kami? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala.

Mat 23:9 Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.

Akan tetapi sungguh disayangkan adalah sekalipun TUHAN Allah Yang Maha Kuasa Khalik langit dan bumi dan segala isinya sudah mau menjadikan diri-Nya Bapa bagi kita, sebaliknya kitalah yang justru tidak memberlakukan Dia sebagai Bapa bagi kita. Ada banyak anak-anak-Nya yang merasa takut untuk mendekat kepada-Nya dan mencurahkan segenap rasa hati mereka kepada-Nya, apalagi bila rasa hati itu adalah hati yang sedang marah.

Ini mungkin dikarenakan adanya gambaran yang kuat tentang Pribadi TUHAN Allah dari kesaksian Perjanjian Lama antara lain hal amarah dan murka-Nya yang menyala-nyala atas kesalahan sekecil apapun serta peraturan dan ketetapan-Nya yang keras dan tegas. TUHAN Allah Bapa cenderung tercitra di mata anak-anak-Nya semata-mata sebagai Pribadi yang keras, tegas, dan penuh disiplin.

Di alam dunia, pribadi-pribadi jenis ini biasanya memang sulit untuk berani didekati oleh orang lain. Ditambah lagi dengan kenyataan akan banyaknya figur bapa-bapa dunia yang tidak dapat didekati oleh anaknya sendiri apalagi menjadikan dirinya teman atau sahabat bagi anaknya. Tidaklah heran, banyak para bapa dunia yang kehilangan hati anaknya sendiri karena anaknya enggan mempercayakan rahasia hatinya dan hidupnya kepada bapanya.

Mungkin, hal-hal ini antara lain yang membuat anak-anak Tuhan tidak selalu punya cukup keberanian untuk mendekat kepada Sang Bapa guna mengadukan perkaranya dan mempercayakan keluhannya kepada Dia.

Terpujilah TUHAN Allah, Bapa kita! Ia tidak menyerah dengan ketakutan anak-anak-Nya yang timbul hanya karena belum mengenal Pribadi-Nya seutuhnya. Ia menyimpan kerinduan yang dalam untuk dapat didekati oleh anak-anak ciptaan-Nya sendiri dan mendapat kepercayaan dari anak-anak-Nya tanpa ragu dan takut. Ia pun mengerjakan kerinduan-Nya ini. Ia turun ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia di dalam diri Yesus Kristus Tuhan.

Ini cara yang paling tepat bagi TUHAN untuk dapat didekati oleh anak-anak manusia ciptaan-Nya, yakni menjadi sama seperti manusia itu sendiri. >>> Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yoh 1:14)

Bukankah kehadiran Yesus Kristus di dalam dunia ini sudah membuktikan betapa TUHAN Allah tidak ingin dijauhi oleh kita? Tuhan Yesus menjadi Pengantara antara Bapa dan kita.

1Tim 2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, 2:6 yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.

1Yoh 2:1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.

Lebih dekat lagi, Tuhan Yesus memilih untuk menjadikan Diri-Nya Sahabat bagi kita dari pada dipandang sebagai tuan, sekalipun Ia benar-benar adalah Tuan atas kita. Tuhan Yesus juga tidak memandang kita sebagai hamba, sekalipun kita benar-benar adalah hamba bagi Dia.

Kalau kita melihat diri kita semata-mata sebagai hamba, maka akan selalu ada jarak antara kita dengan Dia. Kita tidak akan punya keberanian untuk mendekat apalagi mencurahkan keluh kesah kita kepada-Nya. Tuhan Yesus memandang kita sebagai sahabat-sahabat-Nya agar kita pun memandang Dia adalah Sahabat kita.

Yoh 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Jika mereka dalam kesaksian Perjanjian Lama dapat membangun hubungan yang begitu dekat dengan TUHAN Allah, Bapa kita, bukankah kita ini jauh lebih dapat akrab lagi dengan-Nya? Sebab, kita sudah memiliki Sahabat yang paling dapat dipercaya dari segala sahabat yang kita punyai di dunia ini. Dialah Yesus Kristus, Tuhan kita.

Sekarang, mari kembali kepada diri kita sendiri. Apakah Anda percaya bahwa Yesus adalah Sahabat yang terbaik bagi Anda? Jika Anda boleh begitu terbuka dan jujur terhadap sahabat dari dunia, tidak yakinkah Anda bahwa Tuhan Yesus akan jauh lebih baik dari sahabat Anda itu? Ketakutan apa lagi yang membuat Anda sulit bersahabat dengan Dia? Dosa-dosa Saudara?

Perhatikan kisah perempuan yang kedapatan berzinah dan dihadapkan kepada Yesus seperti disaksikan lewat tulisan Yohanes di bawah ini:

Yoh 8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. (3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. (4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. (5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" (6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. (7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. (9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. (10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" (11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Yesus tahu perempuan itu memang telah berbuat dosa, tetapi cara Yesus menghadapi perempuan ini tidak sama dengan cara manusia menghadapinya. Yesus tidak mempermalukan perempuan itu di hadapan orang banyak. Tuhan Yesus tidak menghakimi perempuan itu seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi dan juga seperti kita yang mudah menilai dan menghakimi orang lain. Tuhan Yesus punya cara-Nya sendiri untuk memulihkan hati dan hidup perempuan itu dari kesalahan dan dosanya. Tepat seperti pernyataan-Nya tentang diri-Nya, bahwa Ia adalah “Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Mat 11:19c).

Sesungguhnya, konsep menjadi Teman atau Sahabat bagi anak-anak-Nya bukan baru dimulai di dalam Yesus Kristus. Bagaimana pendapat Saudara dengan firman Tuhan di ini: "Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan." (Kel 33:11).

Oleh karena itu, “Berkata-katalah dalam hatimu” artinya BERDOALAH! Curahkanlah semua isi hatimu kepada Sahabat Anda. Ia tahu, apakah Anda yang salah ataukah Anda yang benar. Ia akan setia mendengarkan setiap detil dari aduan dan keluhan Anda tanpa menghakimiAnda. Sampaikanlah setiap detil dari rasa marahmu tanpa satu pun yang tertinggal. Jangan berhenti sebelum Saudara mencurahkan semuanya.

Sebab apa? Sebab akan tiba waktunya Saudara akan terhenti dengan sendirinya. Saudara masih ingin bicara, tapi Saudara sudah kehilangan kata-kata untuk melanjutkannya. Apa yang terjadi? Sahabat Saudara Yang Baik itu sudah mengambilnya dari Saudara! Saat itu Saudara akan merasa jauh lebih tenang dari ketika pertama kali Saudara menjadi marah.

  • Endapkan ketenangan itu beberapa saat, lalu kembalilah berdoa. Isi doa Saudara selanjutnya adalah:

  • Pengakuan bahwa Saudara adalah manusia yang punya kelemahan sehingga Saudara memilih untuk mencari Dia agar kelemahan itu tidak semakin mendatangkan dosa bagi diri Saudara.

  • Mohonlah pula ampun untuk segala pikiran serta perkataan yang bisa saja sudah keliru atau salah karena kemarahan Saudara itu.

Dan akhirnya, mintalah hikmat dari pada-Nya agar Saudara dapat bersikap dan bertindak dengan bijaksana kepada orang atau untuk sesuatu hal yang tadinya begitu membakar amarah Saudara.

Jika Saudara telah belajar jujur di hadapan Tuhan dengan memberi Dia kesempatan menjadi Sahabat dalam pergumulan Saudara, termasuk perkara kekesalan Saudara, maka Saudara akan melihat kerja-Nya sebagai Sahabat bagi Saudara. Ia akan menuntun pikiran Saudara untuk mengikuti langkah-langkah bijaksana yang ditunjukkan-Nya kepada Saudara. Langkah-langkah itu akan menuju kepada kelegaan. >>> "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat 11:28)

Kita tidak akan pernah mengecap dan melihat kerja Tuhan Yesus sebagai Sahabat terbaik bagi kita, jika kita tidak mau memberi Dia kesempatan menjadi Sahabat kita. (Selanjutnya, Amsal 29:8b)

©HEP

Posting Komentar untuk "Bila Menjadi Marah | Mazmur 4:5"